Pages

Search Upil on This Blog

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software

Wednesday, May 28, 2014

SIAPA PASANGAN HIDUP KITA?

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui siapa pasangan hidup kita kelak. Meskipun beberapa orang percaya bahwa laki-laki lebih tahu siapa yang akan menjadi jodohnya daripada perempuan yang notabene lebih peka. Ada yang bilang kalau laki-laki sudah mempunyai keyakinan bahwa seseorang adalah jodohnya, maka ia benar-benar akan menjadi pasangan hidupnya. Bagi gue pribadi sih, itu bukan ramalan atau feeling semata, tetapi memang takdir yang berasal dari usaha laki-laki. Usaha seperti apa? Yaa, usaha untuk mendekati, mengenal lebih dalam, lalu melamar perempuan itu. Laki-laki kan pengendali, meski keputusan terbesar ada di tangan perempuan.

Baiklah, gue akan memulai postingan ini dengan sebuah cerita yang barangkali sudah pernah kalian lihat atau baca. Begini isi cerita terebut.

Saturday, May 10, 2014

CALON IMAM YANG BAIK

Setiap orang memiliki tujuan hidupnya masing-masing. Setiap orang yang sudah memasuki kepala dua, atau bisa jadi saat menginjak 17 tahun, telah membayangkan apa yang harus dilakukan untuk mencapai target, kapan target mulai bisa dicapai, dan yang paling penting niat untuk mencapai target.

"Jodoh di Tangan Tuhan"
Gue percaya banget, Tuhan sudah mengatur semuanya. Tuhan punya jalan supaya gue ketemu jodoh gue, imam gue. Tapi, kan gue juga kudu berusaha untuk menggapainya kan? Makanya, ada ungkapan "manusia yang bertindak, sedang Tuhan yang menentukan". Nah, usaha dulu, baru ada hasil.


Hey ladies, apa yang kalian pikirkan tentang judul tulisan gue? Seperti apa sih calon imam yang baik buat kalian?

Thursday, May 1, 2014

TIPS BANGUN PAGI

Selamat pagi!!

Pagi ini gue mau share tips bangun pagi versi gue. Sebenarnya ini berdasarkan pengalaman gue juga sih. Soalnya gue termasuk orang yang susah bangun pagi. Meski tidur lebih awal, terkadang gue tetep aja kesiangan. Oke, selamat membaca.

1. Pasang Alarm Lebih Banyak
Tips pertama ini memang klasik. Zaman sekarang siapa sih yang gak punya alarm? Alarm selalu ada di setiap hape, dari model hape zaman nokiatigatigalimapuluh sampe era smartphone pasti ada alarm. Nah, manfaatin itu. Gue sih sebagai orang yang susah bangun pagi, selalu pasang 5 alarm dengan rentang waktu 10 menit. Bisa aja sih pasang 1, terus di snoozing, terus bunyi lagi 10 menit kemudian. Tapi, pertanyaannya adalah “Bisa nggak bangun di alarm pertama?”. Tips ini sangat berlaku bagi mereka yang tinggal sendirian atau gak ada temen/sodara/pacar yang bisa diandalkan.

2. Jauhkan Alarm
Pasang alarm di jarak yang susah dijangkau ketika tidur juga bisa membantu bangun pagi. Kenapa gitu? Soalnya kalau pas alarm bunyi, kalian ada alasan untuk beranjak atau melek. Tapi, jangan kejauhan juga. Jangan sampe kalian tidur di kamar, alarm ditaruh di dapur. JANGAN. 

3. Jam Weaker Jumbo
Tips selanjutnya adalah dengan menggunakan jam weaker jumbo. Gue menyarankan ini karena berdasarkan pengalaman temen gue, dia langsung loncat begitu denger suara alarm yang dia pasang. Iya, ini kenyataan, suara deringannya memang bombastis. Dia sengaja beli itu karena sering kesiangan, tetapi semenjak kejadian dia bangun dan langsung kayak serangan jantung, dia kapok pakai alarm dari jamnya itu. Pada akhirnya beli cuma buat pajangan doang, deh. 

4. Dibangunin orang rumah
Tips ini gak berlaku bagi mereka yang tinggal sendirian, gak punya temen/sodara/pacar yang bisa diandalkan. Pengalaman gue pas zaman sekolah bahkan sampe kuliah (kalau lagi di rumah), setiap pagi dibangunin ibu. Pintu kamar digedor dan gak sekali dua kali gue kaget sampe jantung kerasa deg-degan banget. Gak cuma tu, ibu selalu nengokin ke kamar bahkan setelah gue keluar kamar untuk wudhu, pokoknya sampe gue pake mukena, terus shalat. 

5. Dibangunin orang yang gak serumah
Tips ini juga berlaku bagi orang yang punya temen/sodara/pacar yang bisa diandalkan. Selain itu, hape tidak dalam mode silent, karena akan sia-sia juga, apalagi kalau vibranya juga dimatiin. Sangat percuma. Pengalaman gue sih, dulu gue pernah dibangunin pacar (sekarang mantan) via telpon dan gue baru bangun ketika dia telpon untuk ke-39 kalinya. Waktu itu, hape gue gak dalam mode silent, vibranya juga aktif. Gue gak tau, itu karena gue yang kebo atau yang telpon cuma sekali “tuuut” langsung dimatiin atau gimana L Tapi, kalau sekarang ada yang nelpon pagi, gue langsung terbangun.

6. Jangan Begadang
Setiap kejadian pasti mengandung sebab dan akibat. Akibat bangun kesiangan pasti banyak, salah satunya yaa jangan begadang. Haha Idealnya, manusia itu membutuhkan tidur selama 6 jam. Kalau kalian tidurnya begadang, dan terbiasa tidur selama 5 atau 6 jam, otomatis waktu bangun juga akan menyesuaikan jumlah jam tersebut. Jadi, kalau emak gue sering bilang gue gak boleh tidur malem-malem, gue nurut. Gue tidurnya pagi, setelah shalat subuh. Kan yang penting bukan malem-malem. :|

7. Banyak Minum Sebelum Tidur
Tips ini jurus pamungkas bagi gue, banyak-banyaklah minum air putih sebelum tidur, soalnya ketika kalian banyak minum air sebelum tidur, pasti bangun karena kebelet pipis. Tapi, meksipun ini tips pamungkas tetep aja ada kemungkinan gak sesuai harapan. Misalnya saja, kebelet pipisya bukan pas pagi tapi tengah malem, syukur-syukur pas dua pertiga malam, bisa shalat tahajjud juga bagi yang muslim. Selain itu, bisa juga karena kalian yang saking malesnya ke kamar mandi, jadi pipis di kasur. Duh.

Tanpa tips-tips di atas, sebenernya kalian bisa bangun pagi, asal kalian punya NIAT. Iya, ketika niat dan tekad sudah bulat, pasti bisa bangun pagi. Karena seperti sudah terpasang dalam pikiran, kalau kalian harus bangun pagi. Gue harap tips-tips di atas bisa membantu kalian yang susah bangun pagi, khususnya orang yang susah move on dari kasur.

Monday, March 31, 2014

Sang Gadis dan Lelaki Itu: "Memulai itu lebih mudah daripada mengakhiri."

"Memulai itu lebih mudah daripada mengakhiri."

Kalimat itu terngiang-ngiang di telinga sang gadis. Ia memikirkan betapa sulitnya untuk mengambil keputusan. Hubungan yang tidak sehat itu, apakah masih bisa diobati atau harus dilepaskan begitu saja. Setiap langkah memang memiliki konsekuensi, dan tidak setiap orang siap menanggung konsekuensi itu. Obat pahit bernama kenyataan itu memang susah bila harus ditelan tanpa air, tapi akan lebih susah apabila harus dikunyah lebih dulu, lebih pahit.

Apa yang harus dipertahankan? Apa yang harus dipertimbangkan? Bagaimana kalau hasilnya tidak sesuai?
Begitu banyak hal yang sang gadis pikirkan, memang tipe orang yang takut sebelum terjadi.

* * *

Dunia teknologi sangat sedih apabila kecanggihannya tidak dimanfaatkan dengan baik oleh manusia. Dewasa ini telah muncul banyak sosial media, aplikasi-aplikasi canggih di dalam smartphone dan tentu saja ditujukan untuk pengguna yang 'smart'. Tujuannya adalah untuk komunikasi. Iya, manusia telah dimanjakan dengan kemudahan berkomunikasi. Lantas, bagaimana bisa menjadi alasan renggangnya hubungan dua orang yang hanya berpisah secara raga? Masuk akal? Logis? Sepertinya tidak.

Sang gadis memikirkan itu, memikirkan bahwa alasan kerenggangan hubungannya dengan lelaki itu karena satu hal, komunikasi. Jarak memang memisahkan raga, tapi komunikasi adalah satu-satunya cara untuk menyatukan hati. Konsekuensi dari sebuah jarak adalah kangen, tentu saja. Tapi, bukankah kecanggihan teknologi sudah mengatasinya? Kangen ya tinggal sms, DM, message, chatting. Kangen suara, ya tinggal telpon. Kangen melihat satu sama lain tapi gak bisa ketemu, ya tinggal skype. Tidak bisa semua? Tidak mungkin. Bisa, tapi usaha yang tidak ada.

Entah apa yang menjadi alasan sebenarnya, sang gadis tak pernah mengetahuinya. Sampai ketika ia kembali bertemu lelaki itu, satu bulan kemudian. Mungkin inilah pola pikir yang berbeda antara sang gadis dan lelaki itu. Sang gadis, bisa saja menghindari lelaki itu, bersikap cuek atau dingin. Tapi itu akan berlangsung selama beberapa jam atau mungkin tiga hari, paling lama. Namun, ketika lelaki itu menghindari sang gadis, bersikap cuek atau dingin, itu akan memakan waktu yang lebih lama. Sepuluh hari, bukanlah waktu yang sebentar bagi sang gadis. Lantas apa yang dilakukan lelaki itu? Tentu saja berkumpul bersama teman-temannya. Mungkin memang benar, perempuan itu memiliki perasaan yang jauh lebih sensitif. Sang gadis merasa tidak dipedulikan, disamarkan, dan dianggap tidak ada.

Sang gadis dan lelaki itu memperdebatkan persoalan yang sepele. "Aku kan hubungi kamu duluan pas hari anu." atau  "Aku telponin kamu berulang kali, tapi kamu sama sekali gak mencoba telpon aku.". Lucu memang. Segala sesuatu yang sepele bisa menjadi besar, bisa menjadi runyam, dan lebih membuat emosional bila berbentur ego. Sang gadis tidak mau kalah, lelaki itu jauh tidak ingin mengalah (lagi).

* * *

"Aku capek untuk menghadapi sikap kamu yang seperti ini. Tega banget sih jadi cowok."
"Kamu itu, kalau tidak tahan dengan aku, yaudah bilang. Nggak usah nunggu aku yang bilang duluan, kenapa sih?"
"Yaudah, kalau gitu. Kita putus."
"Oke. Semoga kamu dapet cowok yang lebih perhatian, lebih sayang dan lebih peduli."
"Amin. Semoga aku cewek terakhir yang kamu gantungin."
"Amin."

PUTUS.
Semudah itukah? Semudah membalikkan telapak tangan? Begitulah apabila emosi sudah menguasai otak. Namun, apakah kejadian yang dulu akan terulang? Rasa sesal itu akan menghampiri sang gadis lagi? Tentu saja tidak. Bagi sang gadis, berpisah karena disakiti jauh lebih cepat sembuh dari luka daripada berpisah secara baik-baik. 

Ah, ternyata mengakhiri memang tidak semudah memulai. Tapi, bagi sang gadis, ini justru awal untuk memulai kehidupan yang lebih baik. Ini hanya soal pola pikir.


Friday, February 21, 2014

Gadis Itu dan Sang Lelaki: sebuah perpisahan(?)

“Kamu tahu gak kalau orang kecelakaan itu sakitnya bukan beberapa saat atau beberapa jam setelah kecelakaan, tetapi keesokan harinya?”

Gadis itu menyentuh tombol back, sms tersimpan sebagai draft. Kini ia dalam keadaan sadar, fisiknya. Tetapi, pikirannya? Masih belum sadar sepenuhnya. 

*  *  *

Beberapa jam yang lalu, gadis itu baru saja menemui kekasihnya. Mereka berpacaran baru seumur jagung, baru 6 bulan, ia baru move on dari mantannya semenjak dengan pacarnya itu, dan pacarnya baru sadar bahwa ia tidak terlalu mengenal apa-apa tntang gadis itu bahkan setelah 6 bulan itu, semuanya berbau ‘baru’. Baru dan baru.

Mengapa mereka bertemu? Tentu saja karena ada sesuatu hal yang perlu diluruskan, diselesaikan, dan dibicarakan, bukan sekedar ditulis di chat whatsapp atau bbm atau DM. Sudah 6 hari sang lelaki tidak memberikan kabar sepatah kata pun kepada gadis itu. Ia gusar, apapun yang dilakukan, percuma. Konsentrasi selalu buyar, tak ada lagi suasana fokus ketika membaca buku atau menulis bahan untuk blog. Ia ingin sekali menemui lelaki itu, secepatnya. Ia bukan tipe orang yang ingin menunda masalah, tetapi apa daya sang lelaki tipe orang yang senang menunda masalah. Entah karena tidak ingin menyelesaikan hari itu karena takut terbawa emosi atau karena memang menenangkan pikirannya dulu atau sengaja menghindar.

Sore itu, di sebuah taman. Gadis itu ingat betul, sang lelaki datang dalam keadaan yang 'enggak banget'. Rambut gondrong tak rapi, muka lecek bukan lagi seperti baju belum disetrika, tetapi lebih tepat seperti baju kotor yang ditumpuk di cucian kotor, dan tentu saja bau rokok yang melekat erat di jaket jeans yang dulu dibeli sebelum pergi ke pantai bersamanya. Tampaknya selama masa 'hilang komunikasi', sang lelaki tak pernah mandi, hanya mencuci muka ala kadarnya. Lengkap sudah kekesalan dalam hati gadis itu. Benar-benar tak seperti yang ia harapkan. Sudah berulang kali ia mengatakan kepada sang lelaki untuk mencukur rambutnya, karena memang kenyataannya sang lelaki terlihat lebih tampan dengan rambut rapi, tak seperti saat itu. Rambut rapi yang membuatnya seperti merasakan jatuh cinta lagi.

Andai sang lelaki memahami itu lebih cepat, andai sang lelaki tidak lamban dalam menangkap kode itu, dan andai lelaki itu bisa memegang serta mempertanggungjawabkan setiap penggalan kata-kata yang diucapkannya. Dan ternyata gadis itu hanya bisa berandai-andai, bahkan ketika sebuah penyesalan yang menjadi penyelesaian masalah sepele itu. PUTUS. Kemudian percakapan ‘seolah baik-baik saja’ itu pun terjadi.

“Bolehkah aku tetap memanggilmu dengan sebuatan sayangku seperti biasanya?”
“Tentu saja, itu terserah kamu. Tapi, aku tidak akan melakukannya lagi.” 
“Bolehkan aku main ke rumahmu?”
“Tentu saja, selama aku ada di rumah dan belum pindah rumah.”
“Bolehkah jika suatu saat nanti aku mengajakmu makan bersama?”
“Tentu saja, selama aku ada waktu.”
“Pasti kamu tidak akan menyempatkannya.”
Gadis itu hanya tersenyum datar seolah berucap “who know?”.
"Dan bisakah kau menungguku selama 10 tahun? Aku akan datang untuk melamarmu. Tentu saja ketika aku sudah menjadi ‘orang’?"
“Jika kau datang 10 tahun lagi, mungkin aku sudah memiliki anak.”
“Baiklah, bagaimana dengan 5 tahun?”
“Mungkin aku sudah dilamar orang lain.”
Sang lelaki hanya terdiam, sedang gadis itu mulai beranjak meninggalkan sang lelaki yang mematung di bawah pohon di taman itu. Seperti awan yang terdiam menyaksikan matahari kembali ke peraduannya. Gadis itu memang tak pernah ingin lagi mendengarkan janji manis sang lelaki, cukup sudah hatinya hampir menderita diabetes (jika memang hati bisa mengidap diabetes). Bukan karena tidak pernah mempercayainya, tetapi percaya barang sekali atau dua kali sudah cukup bukan? Sudah cukup ketika dipatahkan kepercayaannya itu. Wanita mana yang ingin lelakinya terus mengulang kesalahan yang sama? Sepertinya hampir semua wanita akan berkata 'tidak ada'.

*  *  *

Hari pertama pasca berpisah. Semuanya terlihat baik-baik saja, gadis itu tetap bercanda tawa bersama teman-temannya. Hidupnya berjalan normal seperti sebelum sang lelaki itu hadir. Bahkan ia masih menikmati film-film yang berbau cinta tanpa merasakan sakitnya kenangan.

Hari kedua pasca berpisah. Gadis itu terus saja melirik chat whatsapp, apakah ada pesan dari sang lelaki, apakah sang lelaki itu online, atau apakah sang lelaki itu baik-baik saja? Hidupnya mulai sedikit gusar meski ia masih saja tetap bercanda tawa bersama teman-temannya. Canda tawa yang menyamarkan kesedihan. Kesedihan yang tak tertangkap oleh teman-temannya melalui mata sang gadis.

Hari ketiga pasca berpisah. Gadis itu makin sering melirik chat whatsapp, semakin sering mempertanyakan apakah ada pesan dari sang lelaki, apakah sang lelaki itu online, atau apakah sang lelaki itu baik-baik saja? Hidupnya benar-benar gusar, kesedihan yang ia samarkan sedikit terlihat oleh teman-temannya. Tetapi, ia masih menghindar dan tidak mengakui kesedihan itu. Ia memilih untuk memendam semuanya dalam peti bernama “rahasia hati perempuan”. Memutar lagu Big Big World milik Emilia, berulang-ulang, mencoba menegarkan hati. Ia juga ingin sekali ia mengirimkan lagu When You’re Gone milik Avril kepada sang lelaki. Tapi apa daya, gengsi gadis itu terlalu tinggi. Sampai akhirnya, bunyi notifikasi chat whatsapp terdengar dari handphone gadis itu, sang lelaki itu muncul. Tuhan Maha Mendengar, Tuhan Maha Baik, Tuhan memang tidak tidur, segala macam doa syukur dipanjatkan gadis itu.
“Belum tidur?”
“Belum bisa tidur.”
“Lagi ngapain?”
“Baca buku. Kamu?”
“Main gitar. Mau aku nyanyiin nggak supaya kamu bisa tidur?”
Ah tidak, itu kebiasaan lama mereka. “Boleh, tapi aku boleh request lagunya?”
“Boleh. Apa?”
“When You’re Gone dari Avril Lavigne.”
“Aku gak tahu lagunya. Hehe…”
Gadis itu akhirnya memutuskan untuk mengirimkan lagunya.
 
Beberapa saat kemudian, sang lelaki itu mengetik“aku kangen kamu.”
Lama sekali gadis itu tidak membalas chat sang lelaki, ia berada diantara rasa senang dan rasa tidak percaya. "Apa yang harus aku lakukan?" Bagaimana mungkin rasa aneh ketika orang sedang pendekatan itu muncul kembali. "Aku harus membalas apa?" Gusar betul. Berkali-kali meremas boneka di tangannya lalu menatap cermin, memantapkan hati. Akhirnya,“Me too” adalah jawaban dari gadis itu. Ia mengalahkan rasa gengsinya. Sang lelaki telah meluluhlantahkan hati gadis itu. Hati yang kemarin penuh amarah, hati yang digantung selama 6 hari itu, buyar hanya sebuah kalimat ‘aku kangen kamu’. Ah sesederhana itukah? Atau memang selama ini gadis itu saja yang menyulitkan semuanya?

Hari keempat pasca berpisah. Gadis itu melirik chat whatsapp, lagi dan lagi. Tidak ada chat dari sang lelaki sejak pagi sampai jam makan malam. Ia mulai mengutuki dirinya sendiri, bagaimana mungkin ia bisa sebodoh itu termakan harapan yang ia buat sendiri? Entah bisikan dari mana, malam itu juga, pukul 23.00, tanpa memikirkan rasa takut atau rasa cemas sebagai seorang gadis, gadis itu memutuskan untuk menemui sang lelaki.

“Aku di depan rumah kamu, aku mau ambil kacamataku dan uang nonton yang kamu pinjam. Tolong keluar ya.” Begitu bunyi pesan yang gadis itu kirim kepada sang lelaki. Ah, alibi.

Beberpaa saat kemudian, lelaki itu muncul. Sama seperti ketika ia melihat sang lelaki itu terakhir kali, tidak ada semangat hidup, rambutnya masih berantakan, tak terurus, seperti belum mandi beberapa hari, dan tentu saja masih menggunakan kaos oblong serta celana kolor bola Totenham Hotspur, klub bola favoritnya.

“Maaf, aku belum sempat ke tempatmu. Aku sakit selama beberapa hari.” Kalimat itu membuka percakapan malam itu. Sang lelaki memberikan kacamata dan uang kepada gadis itu.

“Yaudah, aku pulang ya.” Sang gadis tak kuasa menatap mata sang lelaki, ia masih mengenakan helm dan hampir menyalakan motornya.

“Eh tunggu dulu. Kamu enggak apa-apa kan?” Pertanyaan menohok. Lengan kanan gadis itu ditarik oleh sang lelaki. Sang lelaki ingin sekali menatap mata gadis itu.

Suara “sroot” dari hidung gadis itulah penyebab utama pertanyaan menohok itu muncul. “Enggak apa-apa, aku hanya sedang pilek.” Tangan kiri gadis itu mencoba melepaskan tangan sang lelaki dari lengan kanannya. 

“Tunggu dulu. Kamu beneran baik-baik saja? Baik-baik saja bagi perempuan, biasanya bermakna sebaliknya.”

Detik itu juga, hujan yang tak terbendung lagi keluar dari mata gadis itu. Bukan lagi menetes, tapi mengalir lancar tak tertahankan. Dan tebak apa yang sang lelaki itu lakukan? Tentu saja sang lelaki itu memeluk erat gadis itu. Sang lelaki tidak pernah tahan dengan tangisan gadis itu, ia berusaha menenangkan tangisan gadis itu.

Setelah tenang, akhirnya mereka berbicara dari hati ke hati. Membahas masalah yang sebenarnya sepele itu dan saling ingtrospeksi diri. Malam itu, ke-childish-an mereka terbayar sudah. BALIKAN.
sumber gambar

Apakah cerita ini selesai sampai di situ? Tentu saja tidak. Siapa yang memulai cerita, ia harus siap untuk mengakhiri cerita. Cerita ini masih pending, belum berakhir. Tidak ada cerita yang tidak memiliki akhir. Itu sudah menjadi takdir dan memang seharusnya seperti itu. Entah akhir yang bahagia atau sedih. Semua masih tanda tanya. 

Thursday, February 6, 2014

BERIKAN SATU SPASI!

Ia menatapku penuh angkuh, tajam.
Seirama detak waktu yang bergidik.
Nafas tersengal, aku kalah.
Bias rindu yang tak terlihat mendekap erat
tubuhnya dan tubuhku.
Masihkah harus kumengemis pada jarak?
Haruskah mengais harap penuh pada jarak?
Sayang, tidak inginkah kau saja yang meniti jejak?
Sedang aku mengintip dari tirai jendela
atau daun pintu seperti anak kecil yang menunggu.
Menunggu es nong-nong lewat dengan mata berbinar.
Mengulum senyum dan melihat jarak yang tak lagi semu.
Terkekang dalam jarak.
Tersungkur dalam jarak.
Tertimbun dalam jarak.
Jatuh berdebam dalam jarak.
Lantas mengangkat tangan pada Sang Maha.
Mengharap uluran jarak pada kaki
yang terlampau lelah tuk menyusuri batasnya.
Kutak ingin mati karena jarak.
Antara kau dan aku harus ada satu spasi.
Tak lebih, tak kurang. Itu cukup.
Ah omong kosong kehidupan macam apakah ini?
Lekas berikanlah satu spasi saja!
Jarak. Jarak. Jarak. Jarak. Jarak.
Ja-rak. Ja-rak. Ja-rak. Ja-rak. Ja-rak.
J-a-r-a-k. J-a-r-a-k. J-a-r-a-k. J-a-r-a-k. J-a-r-a-k. J-a-r-a-k.
J - a - r - a - k
JAHARA KAU!

Sunday, December 29, 2013

Teman Baru itu Bernama: KK Reg. Jogja

Hallo Desemberkuuuh
Apa kabar?
Long time no see.
Do you miss me?
He'eh? Yes. ^^
*kenapa bahasanya jadi campuran?

Jadi, ceritanya begindang . . . 
Sekitar semester 3 atau sekitar bulan Maret 2012, gue ikutan komunitas blog bernama Kancut Keblenger. Kenapa gue bisa join? Ceritanya, gue kan sering blog walking di blog Alitt, gue iseng-iseng aja klik tab banner temen-temennya gitu. Nah, rata-rata mereka punya banner yang keren. Akhirnya gue klik salah satu, salah dua, atau salah lima dari semua banner. Kok, sebagian besar di blog mereka ada banner "kancut"nya ya? Yaudah, gue klik aja tu banner, akhirnya linknya masuk ke sebuah group. Group blogger. Close group. Widih, karena melihat blog-blog mereka pada bagus. Mereka kreatif, pinter bikin artwork, gue minder. Ah, siapalah gue. Oke, akhirnya gue putuskan untuk mengubah tampilan blog gue menjadi lebih menarik. Meski pada akhirnya biasa aja. Hmhmhm

Gue masih bertahan di Kancut Keblenger (selanjutnya akan disingkat menjadi KK) sampai sekarang. Awalnya asik, gue sering ikutan diskusi-diskusi gitu. Tapi semenjak ada beberapa peraturan tambahan dan gue mulai sibuk dengan tugas, gue jadi jarang nongol. Ngerasa beda aja, apalagi selalu ada tambahan member, lagi dan lagi. You know what? Sekarang member KK sudah mencapai 3000-an. WOW! BERAPA PIT?? TI-GA RI-BU-AN..
Dapet berapa tuh Pit kalau 3000-an?
Lha, mbok pikir ki lagi kulakan po?

Pada suatu hari di grup KK...