Pages

Search Upil on This Blog

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software

Wednesday, May 28, 2014

SIAPA PASANGAN HIDUP KITA?

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mengetahui siapa pasangan hidup kita kelak. Meskipun beberapa orang percaya bahwa laki-laki lebih tahu siapa yang akan menjadi jodohnya daripada perempuan yang notabene lebih peka. Ada yang bilang kalau laki-laki sudah mempunyai keyakinan bahwa seseorang adalah jodohnya, maka ia benar-benar akan menjadi pasangan hidupnya. Bagi gue pribadi sih, itu bukan ramalan atau feeling semata, tetapi memang takdir yang berasal dari usaha laki-laki. Usaha seperti apa? Yaa, usaha untuk mendekati, mengenal lebih dalam, lalu melamar perempuan itu. Laki-laki kan pengendali, meski keputusan terbesar ada di tangan perempuan.

Baiklah, gue akan memulai postingan ini dengan sebuah cerita yang barangkali sudah pernah kalian lihat atau baca. Begini isi cerita terebut.

Pada suatu hari Aristoteles bertanya pada gurunya, “Apakah cinta sejati itu?”. Sang guru menjawab “Berjalanlah lurus di taman bunga yang luas, petiklah satu bunga yang menurutmu paling indah dan jangan pernah berbalik ke belakang.”

Kemudian Aristoteles melaksanakannya dan kembali dengan tangan hampa. Lalu sang guru bertanya “Mana bunga yang kau petik?”

“Aku tidak bisa mendapatkannya. Sebenarnya aku telah menemukannya, tapi aku berpikir bahwa di depan sana masih ada bunga yang lebih bagus lagi. Ketika aku telah sampai di ujung taman, aku barus tersadar bahwa bunga yang kutemui pertama tadi itulah yang terbaik. Tapi aku tidak bisa kembali ke belakang.” Ucap Aristoteles dengan penuh penyesalan.

Sang guru pun menanggapi dengan bijak, “Seperti itulah cinta sejati. Semakin kamu mencari yang terbaik, maka kau tak akan pernah menemukannya. Maka, jangan pernah sia-siakan cinta yang pernah tumbuh di hatimu, karena waktu tak akan pernah kembali”.
Selamanya seseorang tidak akan pernah menemukan sosok pasangan idaman yang sempurna. Bukankah Tuhan telah menciptakan manusia dengan kekurangan dan kelebihannya? Lantas, kenapa manusia dengan susah payah mencari sosok yang sempurna tersebut?

Berdasarkan pengalaman temen gue, dia beberapa kali pacaran sejak SMA. Namanya masih labil, dan layaknya seorang pelajar pada umumnya yang sangat mengagumi cowok yang pinter di bidang pelajaran, olahraga, dan seni sekaligus. Hayoo ngaku, siapa yang sepakat. Nah, pada kenyataannya tidak ada cowok yang menguasai tiga bidang sekaligus. Maksimal hanya dua bidang saja. Lalu, temen gue membanding-bandingkan mantan dan pacarnya yang pada akhirnya membuat dia susah move on, karena mantannya dirasa lebih keren atau lebih lebih lebih daripada pacarnya itu. Gawat kan?

Terkadang, beberapa orang memang suka parno sendiri, apakah selama ini dia udah melewati bunga yang indah itu? Seperti pengalaman temen gue itu. Kalau iya, terus harus gimana? Orang itu pun cuma bisa nyesel, pengen balik lagi tapi udah gak bisa. Gimana dia bisa menjalani hari-hari? Bla bla bla

Wajar aja sih kalau mengalami hal semacam itu, tapi jangan lupa untuk tegak berdiri lagi, melanjutkan perjalanan mencari bunga yang lain. Memang tidak sebagus bunga yang tadi ditemukan, tapi gue sih yakin, ada rencana Tuhan yang lebih indah. Betul kan? Iyalah, karena kalau udah gitu, manusia bisa apa? Cuma bisa menerima dan usaha lagi. Takdir sudah diatur, diintip saja tidak bisa, apalagi dirusak. Positive thinking aja. 


Anyway, soal cari pasangan, gue jadi teringat kata-kata dosen gue yang mengategorikan cewek yang memilih pasangan hidup berdasarkan umurnya.

Cewek 17-20 tahun: Situ siapa?

Cewek dalam kategori ini adalah cewek yang sangat pemilih, sangat jual mahal, dan hanya mencari/memilih cowok yang sempurna. Sesuai usianya sih, masa transisi dari remaja menuju dewasa, sehingga pemikirannya masih idealis.

Cewek 21-25 tahun: Saya siapa?

Cewek dalam kategori tidak hanya memikirkan bagaimana pasangannya, tetapi juga memikirkan apakah dia sudah cukup baik untuk mendapatkan cowok yang baik? Pemikiran mulai matang, karena mulai memaknai bahwa suatu hubungan adalah “saling”, bukan hanya sebelah pihak. Jadi, tidak berat sebelah.

Cewek 25 tahun ke atas: Siapa aja boleh
Errr, agak ngenes juga sih kalau harus menerima siapa saja. Maksudnya bukan langsung comot secara asal begitu. Tetapi, mereka cenderung melepas keidealisannya dan memilih untuk memilih pandangan yang lebih sederhana. Seperti rasa nyaman dibandingkan tampang atau pekerjaannya, misalnya. Karena di usia matang seperti itu, pasti akan lebih menerima pasangan apa adanya. Yakin deh, cewek usia segitu pasti akan merasaka keparnoan karena dia masih belum menemukan pasangan hidupnya padahal teman-teman seusianya sudah menggendong bahkan menyekolahkan anak-anaknya.

FYI aja sih, sebejat apapun seorang cowok, ketika dia melihat seorang cewek seksi pasti dia akan berkata “okelah kalau buat pacar, tapi nggak kalau buat istri? Nggak deh. Istriku harus memancarkan cantiknya untukku saja, bukan untuk orang lain.” Begitupun dengan seorang cewek yang playgirl misalya, ketika melihat cowok badboy, dia akan berkata “wah, cool banget sih, keren, mau gue kalau dipacarin. Tapi mikir ribuan kali untuk jadi suami.” True. Itu berdasarkan pengamatan yang gue lakukan di sekitar lingkungan gue.

Mencari pasangan hidup memang tidak semudah mencari kata “cinta” di google atau mencari tanggal merah di kalender, tidak. Jadi, pertimbangkanlah secara masak dan jangan lupa melihat bibit, bebet, dan bobotnya.
Selamat mencari pasangan hidup, semoga bertemu dengan orang yang tepat :)

14 comments:

  1. wah 14 yang mau ke 15 tahun gak ada ya kak ?
    hehehe

    adamhasnan.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah sayangnya, dosenku tidak menyebutkan usia segitu. Mungkin karena usia 14-15 masih mikirin gebetan, pacaran dan sejenis cinta monyet lainnya. Bener gak? :p

      Delete
  2. aduh pembahasane duwur bingit ki :p

    ReplyDelete
  3. Yah, usia remaja tidak termasuk ya kak ._.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Usia remaja cukup fokus sekolah dulu aja ya dek :)
      Segala sesuatu itu ada waktunya. Tunggu saja.

      Delete
  4. "Lagian kalo emang gue mau nyari pasangan yang sempurna, emang gue udah pantes?"
    Itu pertanyaan yang sering gue ajukan ke diri sendiri kalo berharap cinta yang sempurna,.

    Hidup kan kayak sinonim - antonim, berbeda arti tapi saling melengkapi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pertanyaan yang bagus :)
      selamat mencari pasangan hidup yaa.

      Delete
  5. Dosenmu sangat jeli. Jeli drink :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh mas. Tak kandani, opo sampean meh ngandani dewek :p

      Delete
  6. nikah terlalu muda rasanya terlalu sayang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menikah itu bukan soal muda atau tua, tapi tepat atau tidak waktunya :)

      Delete
  7. yoyoyooo kapitik udah bahas bahas jodoh
    tapi pengennya semoga ngga nyampe 25 udah dipertemukan sih yaa hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyalah :) sudah waktunya membahas hal yg seprti ini. wajar saja. hehe
      Amin :) semoga Ka.

      Delete

Silahkan comment UPIL gue dengan kaidah yang baik, tidak OOT, tidak vulgar dan tidak menyinggung SARA. ^^b #okesip