Izinkan aku tetap ada
Izinkan aku tetap ada di sampingmu
Izinkan aku tetap ada di sampingmu hari ini
Izinkan aku tetap ada di sampingmu hari ini dan seterusnya
Kata Albert Einstein, satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian, dan ketidakpastian terbesar adalah waktu. Tapi, kini sesuatu yang penuh ketidakpastian adalah KITA.
Entah. Kini aku mulai akrab dengan kata itu. Entah adalah jawaban dari hampir semua pertanyaanku. Ketika kulempar tanya tentang keberadaanmu, apa yang kau lakukan, bahkan perasaanmu. Akan tetap samakah seperti yang aku kenal? Jawabannya tetap sama: ENTAH.
Ini sudah satu bulan lebih. Bila kau hanya ingin mempermainkanku. Oke, kau menang. Tapi, satu pintaku. Cukup dan segeralah sudahi. Kau takkan pernah benar-benar mengerti apa yang aku rasakan bila kau tak di posisiku. Korban kegantungan hubungan. Aku bahkan bukan baju basah yang pantas kau gantung demi disinari mentari atau terkena sapaan angin. Aku adalah manusia dengan hati tanpa sinar senyum atau sapaan sayangmu. Kau tau? Hatiku terkoyak karna kerinduan bercandu setiap hari dalam sukma. Tentu saja tanpa kamu.
Apa arti hubungan ini? Apakah hanya sekedar status? Ah, tidak sedangkal itu sayang. Hubungan ini yang aku harapkan tak sejalan dengan kenyataan. Aku butuh komunikasi hati, bukan sekedar anggukan belaka. Komunikasi yang tak mengenal dusta adalah komunikasi antara dua hati. Atau, apakah harus kutukar hatiku dengan hatimu agar kita saling mengerti? Ah, andai saja.
"Bila memang diriku tiada lagi di hatimu, di kasihmu janganlah kau paksa. Tapi aku tak mau ini semua berakhir tanpa kata-kata." (Tangga, Akhir yang Indah)
* * *
Faiz menatap layar laptop dan membaca ulang isi email tersebut. Rasa sesal menggantung dalam hatinya. Tetap saja, ia masih dalam euphoria kebingungan sehingga masih diam. Ingin ia segera menekan tombol reply. Tapi, kekosongan sedang berkunjung ke hatinya.
Bererapa menit kemudian, Faiz menekan tombol hijau pada kontak bernama -My Sweet Heart- di handphonenya. Nada dering berbunyi. Satu kali. Dua kali. Tiga kali.
"Haloo...." Suara faimiliar itu menyentuh telinga Faiz.
Suara petikan gitar mengalun dari jari jemari Faiz. Lagu SAYANG dari Ungu mulai mengalun. Terdengar isakan dari sebrang telpon. Faiz tetap bernyanyi.
Entah harus darimana ku memulai kata-kataku
Resah gelisah tak menentu, dari jauh lubuk hatiku
Bukan, bukan keinginanku tuk mencoba meninggalkanmu
Namun tak bisa ku jelaskan, aku takut menyakitimu
Berat rasanya, berat rasanya untuk
Ungkapkan kata meski bualan hati
Sayang maafkan aku ingin putus
Sayang maafkan kita harus putus
Berat rasanya, berat rasanya untuk
Ungkapkan kata meski bualan hati
Sayang maafkan aku ingin putus
Sayang maafkan aku ingin putus
Sayang maafkan kita harus putus
Sayang maafkan aku ingin putus
Sayang maafkan kita harus putus