Pagi itu aku sangat gelisah, mondar-mandir di kamar sambil mengingat-ingat mimpi aneh tapi begitu nyata yang aku alami semalam. Berharap mimpi itu takkan hilang dalam memory-ku, aku pun menuliskan alur mimpi itu disehelai kertas kosong.
Saat di sekolah, aku bersikap tak seperti biasanya. Entahlah apa yang terjadi pada diriku, sampai-sampai aku lupa untuk menyisir rambut.
”Ris, kamu kenapa? Tumben banget lupa nyisir rambut kuntilanak kamu.” Tanya Lani, sahabatku.
Memang rambutku yang cukup panjang membuat predikat RaKun alias Rambut Kuntilanak menempel pada diriku. Tapi aku rasa itu lebih baik jika dibandingkan Mona yang diberi julukan RaMat alias Rambut Mati oleh anak sekelas. Karena menurut gosip, rambut Mona sejak SMP tak pernah tumbuh panjang, tetap sebahu.
”Hallooooo, kok malah bengong sih?” Imbuh Lani sambil memetik-metik jarinya didepan wajahku.