Pages

Search Upil on This Blog

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software

Sunday, December 29, 2013

Teman Baru itu Bernama: KK Reg. Jogja

Hallo Desemberkuuuh
Apa kabar?
Long time no see.
Do you miss me?
He'eh? Yes. ^^
*kenapa bahasanya jadi campuran?

Jadi, ceritanya begindang . . . 
Sekitar semester 3 atau sekitar bulan Maret 2012, gue ikutan komunitas blog bernama Kancut Keblenger. Kenapa gue bisa join? Ceritanya, gue kan sering blog walking di blog Alitt, gue iseng-iseng aja klik tab banner temen-temennya gitu. Nah, rata-rata mereka punya banner yang keren. Akhirnya gue klik salah satu, salah dua, atau salah lima dari semua banner. Kok, sebagian besar di blog mereka ada banner "kancut"nya ya? Yaudah, gue klik aja tu banner, akhirnya linknya masuk ke sebuah group. Group blogger. Close group. Widih, karena melihat blog-blog mereka pada bagus. Mereka kreatif, pinter bikin artwork, gue minder. Ah, siapalah gue. Oke, akhirnya gue putuskan untuk mengubah tampilan blog gue menjadi lebih menarik. Meski pada akhirnya biasa aja. Hmhmhm

Gue masih bertahan di Kancut Keblenger (selanjutnya akan disingkat menjadi KK) sampai sekarang. Awalnya asik, gue sering ikutan diskusi-diskusi gitu. Tapi semenjak ada beberapa peraturan tambahan dan gue mulai sibuk dengan tugas, gue jadi jarang nongol. Ngerasa beda aja, apalagi selalu ada tambahan member, lagi dan lagi. You know what? Sekarang member KK sudah mencapai 3000-an. WOW! BERAPA PIT?? TI-GA RI-BU-AN..
Dapet berapa tuh Pit kalau 3000-an?
Lha, mbok pikir ki lagi kulakan po?

Pada suatu hari di grup KK...

Thursday, December 19, 2013

Kepada Sang Pemberi Harapan

Suatu hari yang cerah
Matahari tersenyum syahdu
Belaian angin meninabobokanku
Yang tersandar di bahumu yang kokoh
Kau raih gitar yang tergelatak
Di sebelah kaki berbulumu
Kau alunkan melodi-melodi merdu itu
Membuai telingaku dengan lagu Depapepe
Disela petikan gitar dan belai angin
Kau bercerita tentang waktu, tentang aku, dan tentang kita
Aku menutup mata
Mencoba memvisualkan ceritamu dengan ilusiku
Aku menahan nafas, berdecak kagum
Tanpa perintah, bulir air tiba-tiba menetes
Bersama harapan yang kini sudah melambung tinggi sekali
Lalu, dalam waktu yang tak pernah kuduga
Kau pecahkan balon harapanku
Yang tak sempat kuberi tali atau kuikat di tanganku
Kau pecahkan dengan jarum kebohongan
Kau tau?
Bukan saja harapan yang pecah, aku pun terjatuh
Kau membuatku berdebum keras di atas tanah kepalsuan
Sedang cairan kecewa yang pekatnya melebihi darah
mengalir perlahan dari buaian ilusiku sendiri
Kau luka aku.
CIH!

DI ATAS AKAR

Beberapa daun berguguran
Membelai wajah, sedang kita terduduk
Sambil menyeruput coklat yang masih panas
Tepat di atas akar-akar tua
Sendu itu.
Kau bercerita dengan tatapan beda
Tanpa kernyitan dahi,
Tanpa lekukan lesung pipit,
Dan tanpa tatapan mata yang riang
Kau bercerita yang membuatku tak habis pikir
Dengan mudahnya, kau bilang ingin mati kala hujan
Dan membiarkan ragamu hanyut begitu saja
Bersama hujan
Kutampar kau sampai tapak tanganku memerah
Melekat erat di pipi kirimu
Bodoh! Harusnya kau memintaku untuk mengkremasimu
Lalu, kuseduh abumu bersama coklat yang masih panas
Bersama sendu yang akan kukantongi ini
Dan tentu saja bersama daun yang berguguran

KUCARI KAU


Malam masih saja sendu
Hujan masih saja turun dengan riang
Kecipak air yang sengaja kuinjak-injak
Di depan beranda rumahku
Harusnya kutemui rindumu
Harusnya terselip bayangmu
Akhirnya,
Kuputuskan tuk bertanya pada lampu
Yang tergantung anggun
Mungkinkah lampu itu melihatnya?
Melihat rindu dan bayangmu yang bersembuyi
Atau mungkinkah aku yang menyembunyikannya?
Kurogoh saku celana biruku
Sebuah kertas kutemukan di dalamnya
Pattimura dalam kertas yang kupegang
Ternyata masih berkumis
Lantas, kemana rindu dan bayangmu?
Kemudian aku masuk ke dalam rumah
Kutemukan semangkuk mie terhidangkan di atas kaca yang dingin
Masih hangat, kucicip saja
Ah, ternyata hambar
Mungkinkah sekarang kau berteman dengan mie di atas meja kaca yang dingin itu?

Thursday, December 12, 2013

Hello Desember



Hello, Desember.
Seharusnya saya senang bertemu denganmu lagi. Bulan yang paling saya tunggu selama tahun 2013. Penghujung, dan akan menjadi penentu. Tentu saja akan menjadi bulan refleksi diri. Ah, bukan tentu saja, seharusnya. Ah sudahlah.

Ketika saya ketik kata "Desember" pada mesin pencarian gambar, kenapa semuanya tertuju pada salju, natal, dingin. Ah, mungkin karena Desember dingin, maka saya menjadi pribadi yang dingin? Hanya terkaan belaka. Tak adakah yang lebih menyenangkan dari mentari bulan Desember? Ada. Seharusnya. Lagi-lagi menjadi keharusan, keharusan yang sebenarnya tidak nyata.

Mentari Desember memang menyenangkan, ketika tertutup awan hitam. Saya sedih. Tapi kesedihan saya sekarang bukan karena kehilangan mentari di langit. Tapi kehilangan mentari yang biasa bersinar di waktu siang dan malam. Memang ada? Ada. Kamu yang bersinar di hati saya. Saya juga baru sadar, bahwa mentari itu kini telah tenggelam. Benar-benar tenggelam dan tak pernah muncul kembali.

Haruskah saya menyesalinya? Seharusnya.
Andai saja.
Tapi, yasudahlah.

Selamat datang Desember, selamat menikmati hari-hari yang hambar di depan wajah saya.

Tuesday, November 12, 2013

Nyeseknya Mahasiswa Tingkat Akhir

  
Pernah gak pada suatu pagi, di saat lu bangun tidur. Terasa nyesek banget? Bukan nyesek karena (maaf) suatu penyakit. Tapi lebih karena batin. Iya, temen gue (gue pun meng-amin-kan) merasakan hal yang serupa di kala bangun tidur. Bedanya, temen gue cuma kerasa nyesek setiap hari senin, dan gue hampir setiap hari.

TANYA KENAPA?

Setiap manusia diberikan waktu yang sama oleh Tuhan, 24 jam. Hanya orang-orang yang mampu memanfaatkan waktu yang sama tersebut yang akan menjadi pemenang. Waktu terasa terlewatkan begitu saja, sia-sia. 

Jujur, semester ini sebenarnya tidak terlalu banyak beban mata kuliah. Hanya 8 sks, 4 mata kuliah. Itulah enaknya jadi mahasiswa tingkat akhir. Namun, dibalik keringanan itu terdapat beban yang dipikul, terasa berat sekali. Tagihan skripsi.

Sampai tulisan ini diketik pun, belum sejengkal pun gue nemuin dosen pembimbing. Padahal, dosen pembimbing telah ditentukan sejak awal semester ganjil ini. Sudah lama, dan gue masih "diam di tempat". Sungguh alasan yang tidak bijak sekali bukan kalau gue bilang "gak ada waktu"?

Setelah nyesek pas bangun tidur, gue juga jadi nyesek kalau lihat foto orang tua, inget orang tua, dan hal-hal yang berhubungan dengan orang tua. Terasa dikejar-kejar karena utang. Emang bener sih, utang kewajiban. Toh, gue juga udah ambil skripsi dari semester 7 ini sih. Gue jadi super sensitif melebihi merek tespack.

Gue jadi inget kejadian sekitar 2 minggu yang lalu. Hari itu, akhir bulan, gue lupa tanggal berapa. Duit gue di ATM limit, di ambang batas sewajarnyalah, meski bisa dikatakan itu masih cukup. Tapi tetep aja hati gue gak tenang. Jadi, malam itu gue kode ke bapak gue. Gue sms pake salam yang sopan, nanya kabar. Terus laporan keuangan deh. Beberapa hari kemudian, gak ada respon. Ah, kode gue gak kebaca atau bapak gue yang lupa? Sampai akhirnya gue WA si teteh, nyuruh bapak baca kode gue. Sehabis isya, ternyata bapak langsung ngirim. Dasar pikun. Gue selalu lupa untuk sms bapak untuk bilang "terima kasih" atau karena gue anak yang gak tau terima kasih? Oh :( tidaaaaaaaak. 

Sebuah percakapan terselip di sela-sela telponan dengan bapak.
Bapak: "dek, gimana? udah mulai?"
gue: "hah? apa? oh, masih di judul."
Bapak: "masih dijudul aja dari dulu? kapan penelitiannya?"
gue: "eum, ade masih harus nyari referensinya dulu. cari teorinya gitu, pak."

Lihat! Apa yang bisa gue lakukan? Gue cuma bisa ngeles. Ini sungguh beban mental. Bagaimana tidak? Gue tau, secara gak langsung gue sedang dibandingkan dengan si teteh yang bulan Desember udah kelar, Januari sidang, Juli wisuda (gak kebagian kursi yang gelombang sebelumnya). Iya, harusnya gue emang lebih memerhatikan tentang hal ini. 

JADI, SELAMA INI LO NGAPAIN AJA DI WAKTU SENGGANG?

Jawaban absurd akan gue lontarkan. Gue nonton film dan drama korea. Daebak~ 
Waktu gue terbuang percuma selama berjam-jam. Kerjaan gue ya cuma nonton, makan, main, kuliah aja cuma 4 kali doang, pacaran, dan hal-hal yang gak berguna lainnya. Gue tau, gue sedang membangun habbit yang buruk. Maka, ketika mulai disinggung-singgung oleh dosen, gue mulai berpikir. Gue gak bisa kayak gini terus. Mahasiswa tingkat akhir memang banyak cobaannya. Dan yang paling tidak mengenakkan adalah boros. Maka, sekarang gue lagi memprogram hidup gue agar tidak boros. Harus pandai memilah dan menabung. Membeli barang yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan. Okesip.

Dan sebenernya alasan kesensitifan gue selama ini, terletak pada itu. Beban skripsi. Susah memang untuk mengawali suatu hal semacam itu. Tapi, gue harus! Gue butuh dukungan. Bukan dukungan untuk tetap menunda, tapi dukungan untuk melangkah. Jangan mentang-mentang dosen pembimbing pernah ngasih nilai C ke gue, dan gue jadi diem di tempat. Ah, hal ini tak boleh dibiarkan. 

SEMANGAAAAAAAAAAT PIT!!!!
uyeeaaaaaaaaaaaaaaaaah~

Monday, November 11, 2013

Sebuah Awal Cerita

 

Dear Mr. Rasional…

Apa kabarmu hari ini?
Tak apa kan bila kupanggil kau dengan Mr. Rasional? Atau harus kuganti dengan Lelaki Penyabar Ciangsana?

Lelaki chubby itu kutemui kali pertama di sebuah acara kopdar. Ya, kopi darat, pertemuan antar manusia maya di dunia nyata. Kopdar salah satu komunitas blog, tentu saja hanya regional Jogja. Bila kau bertanya padaku bagaimana perasaanku padanya pada saat itu? Biasa saja. Tak ada yang menarik. Lelaki yang bawel, garing, ceria, dan hitam manis. Hari itu kau cenderung cuek seolah kutak ada, kecuali pada saat makan. Itupun karena kita sama-sama tidak mengetahui topik yang seringkali dilempar teman-teman. Satu hal baru yang kutau setelah makan tentang kamu, gombal.
“Neng, helm kita samaan nih mereknya. Jodoh kali ya.”
Aku hanya diam. Menyunggingkan senyum setengah kepaksa. Pada dasarnya, aku memang tak suka cowok gombal. Terlalu banyak tipu muslihatnya. “Modus banget”, kalau kata anak gaul zaman sekarang.

Entah malam keberapa setelah kopdar, akhirnya aku mendengarkan kamu on air. Padahal aku jarang sekali mendengarkan radio streaming, internet gak bersahabat. Oya, ngomong-ngomong soal on-air. Seenarnya, kau telah mencuri perhatianku sejak “makanan zaman kecil” menjadi topikmu di acara SIDOEL. Tapi aku tak pernah mengetahui kalau itu kamu. Sampai akhirnya aku kepo, tentu tidak kepo yang mendalam, kamu jangan ge-er.

Beberapa minggu kemudian, entah kerasukan roh apa, kamu mulai mention-mention, tag nama aku di komentar grup di pembicaraan random. Sebagai cewek, aku tentu saja dapat membaca gerak-gerik itu. Aku hafal apa yang sedang kamu lakukan. Mencuri perhatianku.

Tak cukup di sosial media. Pada suatu malam minggu, kamu mengajakku keluar. Aku pikir itu hanya main-main. Lalu kamu memintaku untuk sms kamu. Aku mengikuti saja alur berpikirmu, sampai akhirnya kamu meminta maaf karena motormu sedang dipakai oleh teman. Sedikit kecewa. Yah, aku terkena php. Siapa yang mengajak, siapa yang membatalkan. Kamu.

Kali kedua bertemu secara langsung, aku tak merasakan apapun. Masih biasa saja meski aku tau kamu masih saja mencoba mencuri perhatianku. Lalu, kamu meminta maaf atas kejadian php yang hampir kulupakan itu. Pertemuan yang tak begitu bermakna dalam.

Selanjutnya, kita lebih sering mention. beberapa kali kamu mengajakku keluar, tapi beberapa kali pula aku menolaknya. Bukan karena aku tak mau, tapi terkadang waktu memang tak bersahabat. Sampai akhirnya, suatu malam aku sangat kelaparan. Kamu yang masih dalam rangka mencuri perhatian, secara sedikit memaksa untuk mengantar makanan ke kos, tengah malam, pukul setengah satu. Wajahmu yang ceria malam itu, masih kurekam. Terima kasih untuk kepedulianmu, Mr. Rasional.


Bersambung...

Sunday, October 6, 2013

Ciyeeeee salah Orang ya? Malu Tuuuh~

Kyaaaaaaaaaaaaa 
yow yow yow, whats up yow?

Sudah lama sekali tidak menggunakan bahasa bebas lagi. Ini postingan selingan diantara jurnal-jurnal refleksi selama gue mengajar kemarin.

Pernah gak sih kalian salah orang? Kapan? Dimana? Siapa korbannya? Kenapa bisa salah orang? Bagimana ceritanya? Ciaelah adiksimba (5W + 1H).

Entah kenapa beberapa hari ini sering banget kejadian salah orang. Memang bukan gue pelakunya. Tetapi temen-temen gue dan gue pernah jadi salah satu orang yang jadi korban. Oke, karena gue menyukai sesuatu yang kronologi. Maka, gue akan menceritakan mulai dari hari yang paling awal dulu.

Wednesday, October 2, 2013

Mereka 'anteng' meski hanya 20 menit

KELAS 8C, TANGGAL 28 AGUSTUS 2013
Pertemuan keenam di kelas 8C diisi dengan materi baru. Sama halnya dengan kelas 8A pada hari senin, saya akan mengajar keterampilan berbicara, berwawancara. Kemarin, saya diberi masukan oleh guru pembimbing untuk menggunakan video untuk memberikan contoh berwawancara. Maka kemarin, saya mencari sebuah video wawancara di youtube dan mengunduhnya. Metode yang akan digunakan pada dasarnya sama saja, namun ada beberapa tambahan materi untuk kelas 8C.

Sebelum masuk di kelas 8C (jam pelajaran ke-6 dan 7), saya masuk 8A (jam pelajaran ke-5). Suasana yang berbeda selalu saya rasakan di kelas ‘super’ tersebut. Saya masuk kelas pada jam istirahat, karena harus mempersiapkan LCD terlebih dahulu. Saya tidak ingin masalah teknis akan mengurangi jam mengajar saya. Meskipun konsekuensinya perut saya meraung meminta diisi.

Pada bagain apersepsi, siswa mulai anteng, tumben sekali. Lalu, saya mengatakan pada mereka untuk tidak mencatat ketika saya sedang menjelaskan, karena nanti akan saya membagikan print-out materi pada mereka. Ya, saya sering sebal ketika saya menjelaskan, tetapi siswa sibuk dengan mencatat. Selain itu, memberikan print out materi merupakan hal penting untuk memenuhi jam mengajar yang efektif dan kondusif. Siswa mulai terdiam selama saya menjelaskan, dan hal tersebut terjadi untuk pertama kalinya. Saya merasa dihargai. Saya merasa bahagia yang tidak jelas meskipun hanya 20 menit.

Tiba saatnya pembagian kelompok, saya meminta siswa untuk berkelompok sebanyak 4 orang. Mereka protes karena jumlah siswa adalah 35 orang. Memang seharusnya dibagi 7 kelompok, tetapi guru pembimbing menyarankan 4 orang. Saya pikir juga hal tersebut akan efektif. Tetapi pada kenyataannya, siswa kelas 8C sulit sekali diatur. Ego mereka tinggi sekali. Sekitar 10 menit dihabiskan hanya untuk membagi kelompok. Pada dasarnya bisa saja membagi lebih cepat, yakni saya yang membagi sesuai urut absen. Tetapi, pastilah akan mendapat protes besar-besaran dari siswa. Di dalam kelas tersebut, ada sebuah gank yang terdiri atas 6 orang perempuan, mereka sulit sekali diatur. Mereka menspesialkan diri mereka, tidak ingin berbaur dengan siswa lain. Maka ketika harus berkelompok sebanyak 4 siswa, mereka memilih 3 orang saja, agar mereka bisa berpisah secara adil.  Akhirnya saya mengatakan pada siswa laki-laki yang belum mendapat kelompok, “karena siswa yang putri sulit diatur, saya meminta pengertian pada yang putra untuk segera bergabung. Oke, tidak apa-apa apabila harus berlima.” Saya merasa kalah dengan siswa. Disinilah kegalauan saya sering muncul, antara menuruti ego siswa atau sesuai dengan RPP tapi pembelajaran kurang kondusif.

Pada akhir pembelajaran, untuk pertama kalinya saya menggunakan pos komentar seperti pada mengajar mikro di kampus. Siswa senang sekali mendapat kertas seperti itu. Lantas beberapa menit kemudian mereka mengumpulkannya lagi kepada saya. Secara keseluruhan, mereka menuliskan bahwa hari ini menyenangkan, meski saya sedikit galak. Memang terkadang galak dan tegas itu beti, beda tipis.

Pelajaran yang dapat saya ambil hari ini tentang pembagian kelompok adalah mereka memilih sendiri kelompoknya, tetapi dengan sebuah aturan. Mungkin akan lebih baik dengan cara diundi nomor urut kelompok, meski konsekuensinya hal tersebut akan memakan waktu yang lebih lama.

Sunday, September 29, 2013

Karena LCD, saya dipermainkan

KELAS 8A, TANGGAL 26 AGUSTUS 2013

Hari senin kesekian yang saya jumpai selama belajar ‘mengajar’, dan saatnya untuk mengjar di kelas 8A pada jam pelajaran ke-6 dan 7. Hari ini mulai diberlakukan jadwal baru karena ada beberapa guru baru dan guru yang pindah ke sekolah lain. Materi yang akan saya berikan pada kelas 8A adalah mengenai wawancara. Sebelumnya saya telah mengkonsultasikan RPP dan silabus saya pada guru pembimbing. Beliau menyarankan banyak hal, sehingga langkah pembelajaran yang saya buat mengalami perubahan.

Entah kenapa hari itu saya sedang gugup sekali, saya telat meminjam LCD dan akhirnya memakai LCD yang baru saja dipakai oleh teman saya. Tapi satu yang terkendala, kabel sambungannya pendek. Ini akan menjadi masalah, karena stop kontak dalam ruangan kelas 8A cukup jauh dengan posisi LCD yang biasanya. Apabila posisi LCD diperpendek, sinar lampunya akan menyorot pada papan tulis yang berwarna hitam. Alhasil saya harus memutar otak, bagaimana caranya agar LCD tetap tersorot secara jelas tetapi dengan kabel sambungan yang pendek. Akhirnya, LCD yang semula menyorot ke papan tulis, saya putar 180 derajat. Ya, LCD tersorot ke tembok belakang. Seluruh siswa menghadap belakang. Namun, apa yang terjadi selanjutnya? Siswa putra yang di belakang memain-mainkan sorot lampunya menjadi sebuah bayangan yang jatuh pada slide materi saya. Anak-anak memang tidak ada matinya dalam hal keisengan. Beberapa kali saya peringatkan mereka, tapi mereka tetap saja tak menggubris saya. Beberapa orang meminta saya untuk ke belakang, namun apabila begitu saya tidak bisa memindah-mindahkan slide materi.

SAYA DIPERMAINKAN 

Hari itu, saya banyak mengetuk-ngetuk papan tulis dengan penghapus demi untuk menenangkan mereka. Pada saat itu, kebetulan saya memang tidak ditemani guru pembimbing, jadi kelas sangat tidak terkendali. Mereka masih saja belum bersahabat dengan saya. Tidak cukup dengan berbicara ramai, beberapa anak ada yang bermain bola kaki, mengusili teman yang lain, dan sering sekali diantara mereka yang sering izin ke kamar mandi. Satu pertanyaan yang terbesit, “apakah saya sedang berada dalam kelas anak TK nol besar?”.

Waktu saya terbuang sia-sia, mereka terlalu ramai. Guru pembimbing saya menyarankan bahwa ketika siswa ramai, akan lebih baik kita terdiam, melihat mereka dengan sorotan tajam. Namun, apabila saya diam, mereka justru akan lebih ramai, sama saja. Terlebih karena saya hanya seorang mahasiswa PPL, mereka jadi tidak memiliki rasa takut sedikit pun pada saya, padahal saya sudah sering mengancam mereka kalau mereka ribut, maka namanya akan saya laporkan pada guru pembimbing. Tapi tetap saja, tidak mempan. Hari itu, suara saya nyaris habis, tenggorokan saya sakit.

Apa rencana untuk hari esok? Apakah saya perlu membawa TOA? Apakah saya harus membalas mereka dengan kekejaman? Ah, tapi sungguh tidak bijaksana sekali.

Tuesday, September 17, 2013

Izinkan kumenangis

KELAS 8C, TANGGAL 27 JULI 2013
Hari ini saya kembali mengajar di 8C untuk yang kedua kalinya. Saya akan melanjutkan materi mengenai laporan. Berbeda dengan kelas 8A sebelumnya, saya akan membagi kelas 8C ke dalam sebuah kelompok. Satu kelompok terdiri atas 7 orang, jadi ada 5 kelompok besar. Dalam pemilihan kelompok, saya menggunakan sebuah undian nomor-nomor. Sedikit tidak adil, tetapi itu adalah cara efektif agar siswa dapat bersosialisasi dengan yang siswa lainnya.

Pelajaran dimulai, siswa masih ramai ketika saya mengucapkan salam Saya membagikan satu buah contoh laporan perjalanan dan LKS. Karena materi kali ini masih mendengarkan, saya meminta salah satu siswa di setiap kelompok untuk membacakan laporan perjalanan pada temannya, lalu mulai menuliskan tanggapan di sebuah kertas tebal dan kertas warna-warni berukuran kecil yang telah saya sediakan. Maksudnya, kertas kecil tersebut digunakan untuk isi tanggapan siswa, saya menginginkan siswa mengkreasikan hasil kerja kelompoknya. Saya ingin menanamkan pada siswa bahwa tidak setiap tugas kelompok itu membebani pikiran mereka, agar mereka bisa lebih kreatif.

Saya memberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan. Selesai tidak selesai harap dikumpulkan, begitu bunyi pesan saya pada mereka. Tetapi, sepertinya waktu sedang tidak berpihak pada saya. Waktu yang disediakan hanyalah 60 menit, 30 menit untuk setiap satu jam pelajaran karena hari ini masih Ramadhan. Pemotongan waktu itu berpengaruh pada pembelajaran, saya kurang memperhitungkan waktu. Beberapa kelompok lama sekali mengerjakan tugasnya, mereka sangat protes dan bahkan ada beberapa yang memberikan tatapan sinisnya. Saya paham perasaan mereka, tapi walaubagaimanapun saya memberikan waktu yang sama pada setiap kelompok, saya tidak ingin pilih kasih. Makanya, tugasnya langsung saya ambil, selesai ataupun tidak, sesuai dengan kesepakatan.

Tahap selanjutnya setelah diskusi adalah mempresentasikannya di depan, lalu didiskusikan bersama. Rencana itupun gagal. Tepat ketika kelompok pertama maju, bel istirahat berbunyi. Saya putus asa karena ini merupakan penilaian kedua saya. Hal yang pertama muncul dalam pikiran saya adalah, bagaimana kabar nilai saya? Pikiran-pikiran negatif mulai bertebaran. Saya menatap wajah-wajah yang tidak bisa diajak kompromi di depan saya. Lalu, untuk refleksi saya bertanya sekuat yang saya bisa, “apa yang kalian dapatkan dari pelajaran hari ini kecuali ribut?” semua hening, saya mengulang pertanyaan yang sama dengan menahan isak, mencoba tegar. Beberapa menjawab, lalu saya memberitahu mereka alasan kenapa mereka tidak dapat menangkap isi laporan dengan baik. Mereka terlalu ramai, terlalu acuh dengan pelajaran.

Saya meninggalkan kelas dengan perasaan yang tidak karuan, menahan tangis. Padahal, apabila dibandingkan dengan kelas 8A, kelas ini jauh lebih baik. Saya pun menangis sesampainya di basecamp. Saya menangis bukan karena nilai saja, tetapi lebih karena kecewa karena menyimpan harapan terlalu besar pada kelas 8C. Saya pikir di kelas ini saya akan berhasil mengajar. Tapi ternyata saya salah, saya belum bisa sepenuhnya ‘memegang’ mereka. Jangankan untuk berlari, sekedar berjalan pun belum.

Laporan nyaris mencuri suaraku

KELAS 8C, TANGGAL 24 JULI 2013

Saya menarik napas panjang sekali sebelum masuk kelas. Ini kali kedua saya mengajar, kali ini saya akan mengajar di 8C. Materi yang sama dengan 8A kemarin, akan segera saya berikan. Saya telah menyiapkan suara untuk membacakan teks sebanyak dua kali. Semoga tidak terlalu haus, karena cuaca hari ini cukup terik dan cukup menyiksa juga dengan keadaan saya yang sedang berpuasa.Tetapi, saya tetap berusaha yang terbaik karena hari ini untuk pertama kalinya mengajar saya akan dinilai oleh guru pembimbing. Sesuai kesepakatan, guru pembimbing akan mengambil penilaian mengajar saya di kelas 8C.

Saya melangkahkan kaki perlahan, mencoba membuang rasa gugup dengan tersenyum, meletakkan kertas RPP dan bahan ajar, kemudian berdiri di depan kelas.  Saya menatap lamat-lamat ke hadapan siswa sebelum akhirnya saya mengucapkan salam dan menanyakan kabar mereka. Beberapa saat kemudian, guru pembimbing masuk kelas, suasana mendadak hening. Saya semakin gugup. Saya mengabsen siswa untuk sekedar mengetahui nama-nama siswa, dan juga agar lebih akrab.

Hari ini saya tidak menggunakan LCD, akhirnya saya hanya menuliskan garis besar materi di papan tulis, kemudian menjelaskan pada siswa. Beberapa siswa sangat serius dalam mencatat, saking seriusnya mereka tidak memerhatikan ketika saya menjelaskan. Duh, saya salah strategi. 

Setelah selesai menjelaskan, saya mulai menarik napas lagi. Inilah saatnya saya memperdengarkan sebuah laporan pada siswa. Dengan judul yang sama seperti kelas sebelumnya, saya mulai membaca, tapi dengan tempo yang lebih lambat karena banyak yang memprotes. Selesai membacakan, siswa mulai menjawab pertanyaan yang saya berikan. Setelah selesai, buku tulis mereka saya kumpulkan. Lalu, saya melakukan refleksi dengan bertanya tentang pelajaran hari itu. Sebelum terjawab, bel berbunyi, pelajaran berakhir, refleksi saya menggantung. Siswa tak lagi menghiraukan saya, mereka berhamburan keluar kelas meninggalkan saya yang terdiam di depan kelas selama beberapa detik. Cengo. 

Ini yang saya sayangkan, siswa semakin hari semakin tidak sopan saja kelakuannya. Dulu, ketika saya sekolah, saya dan teman-teman satu kelas saya tidak ada yang berani keluar kelas apabila seorang guru belum keluar kelas. Itu namanya tidak sopan apabila mendahului guru. Sepele, tapi penting.

Pertemuan Perdana

Assalamualaikuuuuuuuuuuum

Long time no see!
Selamat malam. Apa kabar hari ini? Ada yang tidak hadir? Ups, kebawa euforia mengajar. Hehe

Lama banget gak ngurusin blog. Biasanya gue berusaha untuk update satu bulan sekali, tapi ternyata keinginan hanyalah menjadi keinginan tanpa ada usaha. Halaah. Maklum, sekarang gue lagi praktik mengajar di sebuah SMP di kota Jogja. Gue mengajar kelas VIII. Konsekuensi mengajar kelas VIII adalah kita harus mengerti soal psikologi usia mereka yang berada di tengah-tengah jenjang SMP. Maksudnya begini, mereka merasa sok dewasa karena memiliki adik kelas, tapi belum terlalu memikirkan kedewasaan karena masih lama untuk menempuh waktu kelulusan.

Kali ini gue harus membuat jurnal refleksi. Apa itu jurnal refleksi? Itu seperti bagian dari evaluasi gue sebagai pengajar. So far, gue udah masuk kelas (baca: mengajar) sebanyak 23 peetemuan. Ada banyak banget kesan-kesan di dua kelas yang gue ampu. Karakter-karakter unik yang perlu ditaklukan dan diolah menjadi bahan yang berguna. *Apaseh. Oke, gue hari ini mau nge-share pengalaman pertama gue mengajar saja ya.


KELAS 8A, TANGGAL 22 JULI 2013

Thursday, August 29, 2013

ANALISIS MAKRO DAN MIKRO DALAM IKLAN "THAI HEALTH"

ANALISIS MAKRO
TEMA IKLAN
Sesuai dengan benang merah instansinya (Thai Health Foundation), iklan “Thai Health” mengangkat sebuah tema tentang kesehatan layanan masyarakat. Tema tersebut tentu saja mencakup seluruh isi iklan yang ingin menunjukkan pada khalayak umum bahwa kebiasaan merokok adalah hal yang buruk, terlebih jika dilakukan oleh seorang anak kecil.

TOPIK IKLAN
Topik dalam iklan Thai Health adalah “Pola Hidup Merokok” sedangkan topikalisasinya adalah masyarakat yang merokok. Penggambaran masyarakat yang merokok ini berarti menunjukkan pola hidup masyarakat yang tak lepas dari rokok. Tidak hanya pria, tetapi juga wanita, sehingga penggambaran anak kecil yang juga ikutan merokok sebagai simbol bahwa rokok sangat mudah masuk ke dalam masyarakats sehingga menjadi sebuah pola hidup. Selain itu, masyarakat yang merokok juga bagian dari gaya hidup yang konsumtif, karena kandungan rokok (baca: nikotin dan TAR) yang membuat semacam ketergantungan atau kecanduan.

ANALISIS SUPERSTRUKTUR IKLAN
Struktur skematis atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Struktur skematis pada umumnya dibagi menjadi beberapa bagian, yakni pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah, penutup dan sebagainya. Dengan kata lain, struktur skematik memberi tekanan pada bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting. 

Judul dalam iklan Thai Health ini adalah “Smoking Kid” atau anak kecil yang merokok. Secara garis besar iklan ini bersifat argumentatif karena berisi sebuah gagasan-gagasan yang akan menyadarkan penonton untuk tidak merokok. Selain itu, dalam iklan ini disampaikan pula bahwa tidak sepantasnya anak kecil merokok karena merokok dekat sekali dengan penyakit dan kematian.

Friday, June 28, 2013

Aku Cinta Tugas Karena ALLAH

Kyaaaaaaaaaaa.. salam huba-huba upiler~
Long time no see 

Kangeen ish gue sama si blog, tapi sayangnya kangennya gue sekarang mah udah teralihkan sama mas (uhuk) pacar. uhuk~ 

Tugas bulan ini emang naudzubillah bisa menyita waktu gue. Tugas akhir dimana-mana. Iya, itu tugas udah kayak manusia php aja, ada dimana-mana. #eh

Awal bulan ini sih enak. Masih minggu tenang, lalu mulai deh ujian. Garagara semester ini gue ambil full sks, jadi tugasnya banyak dan berbobot semua. Iya, kali ini gue bakalan share masalah tugas gue dan penyelesaiannya.

Saturday, May 4, 2013

Hidup? Nikmati Sajalah

Bila bukan kita yang menikmati hidup kita sendiri, lantas siapa lagi? 

Beberapa hari terakhir menjadi hari yang cukup berat bagi gue. Gue adalah orang yang lumayan moody. Pagi ceria, siang cemberut, sore nangis, malam cengengesan. Iya, moody gue terkadang membawa pengaruh negatif untuk diri gue pribadi. 

Oke, semua berawal dari mata kuliah bernama “Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia”. Itu adalah mata kuliah yang dapat menjembatani mahasiswa untuk lulus cepat di waktu yang tepat.  Dulu, mata kuliah tersebut diberikan untuk mahasiswa semester 7, namun kini pindah ke semester 6. Harapannya hanya satu, mahasiswa cepet lulus. Mungkin dosennya bosen dan risih juga melihat wajah-wajah mahasiswa semester tua. Ppfft~

Pertama kali kuliah, dosen memberikan brainstoarming dan pengenalan mata kuliah. Pertemuan kedua-ketiga, masih seputar teori. Pertemuan keempat-ketujuh teori plus ditagih judul untuk proposal skripsi. Jujur, saat itu gue masih buntu. Dari awal, gue pengen skripsi gue menghasilkan suatu produk media pembelajaran yang tidak membosankan. Bagaimana caranya agar siswa tetap fokus belajar tanpa menyepelekan pelajaran yang diberikan guru. Oke, gue pilih metode Research and Development (RnD). Gue pengen bikin games. Gue pengen buktiin bahwa anak bahasa macam gue bisa juga bikin games, bukan hanya anak TI atau TP. 

Sunday, April 28, 2013

Surat untuk Ibu

Selamat malam, bu. 

Bu, ini tulisan yang tidak akan pernah tersampaikan, mungkin. Iya, karena ade hanya bisa menulis disini. Tidak secara langsung, apa daya jarak memang selalu dapat memisahkan insan manusia. Ibu apa kabar ibu disana? Ade harap ibu selalu baik-baik saja. Kalaupun ibu, sedang tidak enak badan. Cepat sembuh ya bu, jangan terlalu capek. Manfaatin aja itu tenaga si bontot. Ade tidak mau ibu sakit. Kalau ibu sakit, siapa yang akan memijit ibu? Ibu bilang, pijatan bapak terlalu keras, pijatan si teteh terlalu lembek, sedangkan si bontot sangat susah untuk memerintahnya, terlebih urusan pijat memijat. Hanya ade bu yang bisa. Jadi, ibu jangan sakit. Nanti ade khawatir. 

Oiya, semester ini ade sudah mulai micro teaching. Itu semacam tempat mahasiswa calon guru latihan mengajar, bu. Pertama kali mendengar mata kuliah tersebut, ade langsung pucat. Ibu mengerti bukan, bahwa ade bukanlah orang yang pandai berbicara di depan umum? Terlebih untuk mengajarkan si bontot saja ade masih kikuk, sering tidak sampai ilmunya pada si bontot. Ibu tau bahwa ade orangnya cuek, terlampau acuh malah. Padahal, saat semester 4, pada mata kuliah media, penampilan ade buruk. Makanya ade mendapat nilai C. 

Awalnya, ade memang memilih jurusan Bahasa dan Sastra Indonesian (murni), tapi sebelum daftar, ibu yang memberitahu bahwa pada umumnya pekerjaan yang dapat mendapat pahala karena membantu orang adalah di bidang pendidikan dan kedokteran. Lalu, ade pikir-pikir lagi, kenapa tidak sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Dengan memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, ade bukan hanya pandai berbahasa dan bersastra, juga akan pandai dalam penyampaiannya. Akhirnya ade memilih jurusan itu, mantap. 

Nah, kembali ke masalah mengajar, setelah beberapa kali pertemuan mata kuliah micro, ade punya motivasi bu. Hal itu berkat upaya dosen yang secara tidak langsung menyemangati ade untuk mengajar. Dosen menampilkan video-video yang interaktif tentang pembelajaran. Lalu, ade juga ingin seperti itu. Lagipula teman-teman satu micro juga ternyata memiliki pemikiran yang sama. 

Maka, pada saat pertama kali ngajar, ade mengajarkan sebuah cara membaca denah. Tentu saja banyak sekali kecacatannya. Tapi entah kenapa di sana ade menemukan rasa kepuasan bu. Iya, memang medianya sangat niat bu, ade sampai pergi ke percetakan untuk mencetak denah dalam ukuran besar dan kertas yang bagus. Denahnya ade buat sendiri, ade menamakannya ‘denah kota Adem Ayem’. 

Lalu, kedua kali ngajar itu pada hari jumat (26/4). Ade memilih KD tentang menulis drama satu babak. Ade senang sekali dapat berkreasi di sana. Awalnya ade memang mengalami kesulitan, sulit untuk mencari gambar-gambar yang kira-kira dapat sinkron dengan ilustrasi cerita yang ade buat. Ah, sebuah micro memang sering kali mendapat bocoran. Iya, semacam scenario bu, ade memberikan kisi-kisi jawaban. Teman-teman pun demikian. Namun, tetap saja ada yang kurang. Ade lupa memberikan contoh naskah drama, bu. Lagi-lagi tidak sempurna. Biarkan, ade kan sedang belajar, bukan begitu bu? 

Pesan dari dosen yang sekarang ade ingat adalah bahwa mahasiswa mikro jangan sampai melupakan contoh, kesimpulan, dan evaluasi. Waktu juga sering kali dilupakan mahasiswa bu. Iya, kami keenakan ngajar. Hehe 

Ini adalah hasil kerjaan siswa (bohongan) ade bu. 
Hasil kerja para siswa super akreditasi :')

Post Comment for student's impression

unyu yaa :)

Pos komentar adalah bagian yang paling ade suka bu, ade membuatnya susah payah. Menyesuaikan ukuran sticker yang terlampau besar dan ukuran kertas A4 yang minim membuat ade lama membuatnya. Ngomong-ngomong soal sticker, itu ade bikin sendiri. Eh gambarnya sih enggak, tapi ade susun sendiri sesuai kegunaan. 

Hal yang membuat kita bahagia bukanlah dengan membahagiakan diri sendiri dengan sendiri. Namun, membuat bahagia diri sendiri dengan membahagiakan orang lain. Senyum dan kegembiraan teman-teman mikro ade yang menjadi kepuasan tersendiri untuk ade, bu. 

“Ade ketagihan ngajar, bu.” 
“Kenapa? Ngajar itu seru kan?” 
“Iya, bu. Terlebih dengan penggunaan media.” 
“Alhamdulillah, anak ibu ada yang akan segera menjadi guru betulan.” 

Bunyi sms terakhirmu membuat ade terharu dan speechless, bu. Ingin rasanya ade memeluk dan mencium ibu, namun sayang, lagi-lagi masalah ruang. 

Bu, mungkinkah menjadi guru adalah cita-cita ibu yang tidak pernah tercapai? Ade tau persis kisah kenapa ibu tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Materi. Ya, lagi-lagi masalah uang. Tapi, tenang saja bu. Tanpa menjadi seorang guru pun, ibu adalah guru terbaik. Kalau saja ibu bukan guru terbaik, dua putrimu tidak akan masuk perguruan tinggi negeri. Terlebih salah satunya sekarang sudah menjadi sarjana, dengan waktu tiga setengah tahun. Terima kasih bu. 

Ade akan segera menyusul tetehuntuk menjadi sarjana pendidikan. Tapi, setelah sarjana, ade ingin sekali mengikuti program dikti, SM3T. Sejauh ini, ade belum mengerti alur atau prosedurnya seperti apa. Tapi, ade sudah menyiapkan diri untuk mengabdi demi negeri ini, bu. Negeri ini membutuhkan orang-orang muda yang cerdas. Ade ingin menjadi bagian dari perubahan itu. Ade ingin menjadi orang yang berguna, seperti apa yang ibu inginkan. Kalau ade ikut program tersebut, ibu ikhlaskan? Ibu rela kan, ade menunda kepulangan ade ke Jasinga? Hanya satu tahun bu, ade ingin mengajar di pelosok. Ade mengingkan sensasi dan pengalamnnya. 

Ibu, mungkin hanya itu yang ingin ade sampaikan. Salam untuk bapak, teteh, dan si bontot yang sekarang sudah mulai baligh. Ade percaya, si bontot akan menjadi pemimpin yang hebat, asal tau cara mengasahnya dan menjauhkannya dari dunia K-Pop. 


Salam rindu dari anakmu, 

Rospita Nur Fazriah




Tuesday, April 23, 2013

Kopdar KK Regional Jogja: Memorable moment

Jreng jreng jreeeeeeeeeeeeeng 
Selamat malam pemilik upil yang budiman.


Beberapa hari ini gue emang lagi good mood, terlebih weekend-nya. It's very memorable weekend.

Pagi itu gue bangun seperti biasa kesiangan karena malemnya gak bisa tidur (lagi). Beberapa malam ini gue emang sering insom. Sepertinya sejak tugas stilistik yang super duper menyita waktu itu deh. Ppfft! *skip*

Hari minggu, KK (komunitas kantjut ketje regional Djogdja) mengadakan kopdar. Tempatnya di Tamansari, dan menurut jadwal yang telah disepakati itu jam 10.00. Dasarnya gue yang gak bisa hidup tanpa onet. Sebelum berangkat (jam 09.25) gue masih sempet-sempetnya main onet dulu, meski cuma bertahan sampe level 5 doang.

Pas mau ganti baju, gue baru inget kalo kaos KK-nya belom disetrika. Ah, selalu saja lupa akan rutinitas. Kaos KK emang sengaja gak pernah gue londri, karena gue gak mau sesuatu yang dulu terjadi dengan jeans gue terjadi pada si kaos kancut.

Tentu saja gue datang terlambat, entah gue juga lupa telatnya berapa menit. Gimana gak terlambat kalau gue aja baru cuus jam 10, terus beli makanan, terus berhenti dulu buat nanya-nanya lokasi Tamansari plus telponin si Ika yang gak angkat telpon gue yang ternyata pacaran sama Juni Pas di parkiran, gue ketemu sama Mesa yang ternyata anak UNY juga. Tapi doi angkatan 2012. Iya, dia dibawah gue dua tahun, jurusan PLB. Gue bisa nemuin Mesa berkat kaos KK, ah untunglah warna merah lebih bisa memancing perhatian. Pantesan banteng demen. *eh

Gue masuk dengan berbayar Rp3000 perak, murah kan? Kapan lagi lo masuk wisata dengan harga semurah itu? Wisata di Jogja emang murah-murah kok. Makanya kalo pengen kopdar, ke Jogja aja. Cocok banget buat kantong pelajar dan mahasiswa. hehe

Gue dan Mesa muterin Tamansari bagian kolamnya, dan ternyata mereka kumpul di bangunan tinggi setelah lorong. Akhirya kami harus jalan cukup jauh. Tapi setelah ketemu sama anak KK yang lain. Eng ing eng... muka-mukanya emang asing semua. Iyalah. Namanya juga kopdar pertama, pasti sama orang yang gak dikenal.

Sunday, March 31, 2013

Aku Menemukan Versi Kecilmu

“Pit, nanti kumpul di perpustakaan ya. Kita mau rapat dengan OSIS.” Begitu ucap temanku, menyampaikan amanat sang ketua. 

Aku hanya mengangguk santai, perhatianku masih tertuju dengan koran hari ini di lobi sekolah. Dua menit kemudian, temanku menggamit tanganku agar aku bergegas. 

Kami memang memiliki basecamp di aula sekolah, namun untuk sementara kami sering berkeliaran di perpustakaan karena ada banyak sekali buku yang belum dilabel. Ya, kami jadi pustakawan dadakan. 

Setibanya di perpustakaan, aku langsung duduk bersama yang lain, tentu saja dengan para OSIS sekolah itu. Pandanganku masih sibuk menyapu rentetan buku yang belum juga sempat dirapikan. Sampai pada akhirnya sang ketua KKN berdeham tanda rapat akan segera dimulai dan agar semuanya fokus. 

Akupun mengalihkan pandanganku pada sesosok anak laki-laki hitam manis yang ternyata bernama (sebut saja) Ilham, ketua OSIS. Deeeg! Entah kenapa, aku melihatmu disosoknya. Iya, hitam manisnya sama. Hanya aja senyummu lebih manis dari dia. Kalian juga sama-sama memiliki jiwa pemimpin. Aah! Aku menghela nafas sejenak. Mengatur memoriku yang mendadak jadi flashback ke zaman SMP dan SMA. Juga masa dimana aku dan kamu sama dengan kita. Iya, ‘kita’ yang terlalu singkat. 

Lantas kenapa aku harus mengingatmu lagi? Padahal sebelumnya tidak sekalipun aku mengingatmu, karena ada dia. Ah siapa pula dia?

Friday, March 15, 2013

Cinta (monyet) abadi

“Heh kamu yang kuncir kuda, sini maju!” Bentak seorang cewek kaca mata dengan juteknya. 

“Saya Kak? Kenapa?” Risty tampak ragu-ragu maju ke depan kelas. 

“Saya tau dari istirahat tadi, kamu ada di dalam kelas. Kamu tidak meminta tanda tangan seperti teman-temanmu yang lain. Jadi, gak usah ngelak lagi deh. Pasti kamu yang mencuri jam tangan saya. Ngaku!” Bentak cewek itu sambil menggebrak papan tulis. 

“Enggak kak. Saya tadi emang di dalam kelas, tapi sa... saya...” 

“Halah, diem kamu! Jangan banyak alasan! Kamu juga, cowok yang di pojokan kanan sana. Maju sini?” 

Seorang cowok, tingginya sekitar 160cm, berkulit coklat, bermata agak sipit maju tanpa banyak cincong seperti yang dilakukan Risty tadi. Mukanya terlihat sangat ramah. Tidak heran, bila beberapa teman barunya memberi julukan si Senyum. Meski sedang dalam posisi mingkem, entah kenapa bibirnya memperlihatkannya wajah tersenyum. 

“Gak suah mesem-mesem begitu! Kamu tau kenapa kamu saya panggil?” 
Rio menggeleng. “Apa salah saya kak?” 

Kamu saya panggil karena kamu bersekongkol dengan dia. Cewek kaca mata menunjuk hidung Risty yang pesek. Rio langsung mengelak. Mereka memang berada di dalam kelas saat istirahat, tapi mereka hanya membaca buku. Itu saja. Bedanya, Risty membaca teenlit sedangkan Rio membaca komik. Dan ternyata mereka berada dalam sebuah skenario MOPD. 

* * * 

Risty hanya senyum-senyum sendiri dalam pelukan lelakinya. Seorang komikus handal yang selalu ada untuk menggambar kisah kehidupan mereka. 

“Ris, kamu kenapa sih senyum-senyum gitu?” Rio membelai lembut wajah Risty. 

“Nggak apa-apa. Suka lucu aja kalau inget zaman MOPD SMP. Inget pas pertama kali kita ketemu. Inget pas kita dihukum karena sebuah skenario basi dari kakak tingkat kita.” Risty masih tersenyum lebar sambil membayangkannya. 

Sebuah kisah cinta memang selalu menghadapi lika-liku. Begitu pun dengan kisah cinta novelis dan komikus itu. Setelah kejadian MOPD, mereka bahkan masih saja tidak saling menyapa. Sampai pada suatu hari, Risty dan teman-temannya melakukan truth or dare. Sebuah kenyataan itulah yang mengundang gosip beberapa minggu kemudian. Risty menyukai Rio. Padahal, saat itu Risty hanya menjawab pertanyaan teman-temannya tentang orang yang ia suka di kelas. Itu saja. 

Namun, beda halnya dengan perasaan Rio yang dengan gampangnya menanggapi gosip itu. Sejak saat itu, Rio mulai memperhatikan Risty. Meski secara sembunyi-sembunyi. Cinta dalam hati itu tumbuh selama lima tahun. Sampai saat menginjak bangku SMA, Rio lagi-lagi satu sekolah dengan Risty. Rio memiliki banyak fans karena ia menjabat sebagai ketua OSIS. Sedangkan Risty, baru saja putus dengan pacar keduanya. 

Dengan penuh keberanian, Rio mencoba mendekati Risty. Ternyata perasaan cinta dalam hatinya sudah tidak dapat terbendung lagi. Ia tak ingin kalah dengan egonya lagi. 

Sebuah eskalator dan es krim menjadi sebuah saksi kisah cinta mereka. Ah, apalah pentingnya tempat bila dua cinta telah menyatu? Cinta tentu saja butuh pengorbanan, Risty harus memberi pengertian lebih karena harus diduakan dengan OSIS. Sedangkan Rio harus mempertebal dinding cinta mereka supaya tidak mudah dihadang oleh banyak lelaki yang sering menggoda Risty. Tapi, sungguh kekuatan cinta mereka begitu besar. Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Cinta mereka abadi dalam sebuah ikatan pernikahan. Selamanya.

I'm all yours :)

Tuesday, March 12, 2013

Nyoook camping nyoook!

Semangat Siaaaaaaaaaaaang . . .
Siang yang indah dengan nuansa weekend. Weekend? iya, weekend gue berpindah gara-gara kegiatan padat kemarin. ciaelah.

Terakhir kali ngeblog, sepertinya gue menjanjikan bagaimana presentasi Sosiolinguistik gue.  Gue udah lupa rasanya gimana pas sebelum presentasi, karena memang udah seminggu lebih. Pada intinya gue cukup menguasai materi dan berhasil mengantongi nilai A-. Alhamdulillah deh yaa. Cukup!

Gue sekarang mau cerita tentang weekend gue yang tersita. Bulan ini gue mulai menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata). KKN gue dibagi dua, ada yg sekolah dan ada yg masyarakat. Kenapa demikian? Karena di sekolahlah tempatnya guru mengajar, sedangkan masyarakat sebagai bakti seorang mahasiswa terhadap lingkungan sosialnya sekaligus menjalankan tri dharma perguruan tinggi nomer 3, pengabdian masyarakat. Sialnya KKN adalah kita harus melakukan apapun yang diperintahkan oleh tuan rumahnya.

Fine, sebelumnya gue perkenalkan dulu kalau gue KKN di SMP 14 Yogyakarta dengan 9 orang temen gue yang berbeda jurusan. Gue disana sama Isma, sebagai patner satu jurusan. Agenda pertama kami adalah nge-camp. Yeeaaaah! Awalnya sih seneng, tapi ternyata capek. Iyalah yaah! 

Wednesday, February 27, 2013

Aturan DOSEN

Assalamualaikum...
walaikumcalam...
eh masih kecil kok pinter ya? pasti susunya mahal.

Selamat sore untuk seluruh keluarga upil di dunia. uhuk uhuk
*bersihin sarang laba-laba di langit-langit blog*

Sepertinya gue emang bukan blogger yang baik, karena gue tega meninggalkan dan mencampakkan blog gue selama sebulan lebih. Bahkan buat bales komenpun telat. Maaf ya. Sebelumnya karena emang pulsa modem gue abis, dan tentu saja gue disibukkan dengan agenda KKN dan eerrr kuliah semester 6.

Sore ini gue cuma mau basa-basi doang. Belum ada cerita yang menarik. Mungkin besok setelah gue presentasi makul Sosiolinguistik. Dosen makul itu nggak killer, tapi rempong. Pertama kali masuk kelas gue, beliau sudah membuat peraturan, beberapa peraturan emang dibuat eksplisit. Nih beberapa kisah gue di kelas Sosling.


1. Minta izin dulu yaaa
Ketika temen gue (si A) terlambat masuk kelas, dia tidak langsung duduk, melainkan minta izin dulu kalo dia terlambat dan meminta maaf. Namun, ketika temen gue (si B) terlambat dan tidak meminta izin. Beliau mengatakan bahwa "sebaiknya Anda mencontoh temen Anda (si A)". Nah, eksplisit kan?

2. Aturan bikin makalah yang rempong. 
Makalah dibuat dalam waktu satu minggu dan tidak boleh menggunakan kutipan dari internet. Beliau mengancam akan memberikan nilai rendah apabila ada kelompok yg ketahuan ngambil dari internet. Beliau jg mengatakan bahwa beliau memiliki beberapa server untuk mendeteksi plagiarism dan temen-temen gue gak ada yang percaya. Tapi, tetep patuh kok mereka. Rempongnya bukan karena gak boleh pake internet, tapi baru kali ini ada dosen yang menyuruh mahasiswanya menggunakan kutipan di setiap kalimat dalam makalahnya. Beuh, terus tulisan hasil pemikiran gue ditaro dimana dong? Selain itu, makalah + ppt harus dikumpulkan via email satu hari sebelum makul itu berlangsung. Terakhir kali gue ngerjain makalah itu, temen-temen gue baru cabut dari kosan setelah jam 12 malem. Muke gile.

3. Aturan main presentasi
Setiap kelompok akan diundi untuk melakukan presentasi. Jadi, pas makul itu semua kelompok harus sudah siap semua, baik makalahnya maupun ppt-nya. Eh pas diundi, kebetulan yang maju kelompok kakak kelas yang ngulang, tentang penelitian. Karena kasihan, kami pun memutuskan bahwa itu hanya uji coba. Presentasinya emang buruk. Dosen bilang kalau presentasi jangan sekali2 bawa makalah, hanya catatan kecil. Beuh, bener2 nguji mental. Apalagi nanti akan dicecar dengan pertanyaan2 yang tak terduga. Iya, kelompok gue maju hari senin depan (4 Maret). Doain gue semoga lancar yaa ^^

4. Aturan lain
Dosen tidak menyukai mahasiswa yang lambat dan tidak peka terhadap sekitarnya.

#FYI aja sih yee, dosen gue ini cewek dan mirip banget sama temen sekelas gue, Entin. Iya, masih inget kan si Entin yang disini dan disini? Temen gue yang sama rempongnya. Tapi si Entin sekarang udah mendingan kok, gak pernah grepe-grepe gue lagi. haha serem ya 

Baiklah..sekian dulu postingan dari gue..

BYE!

Sunday, January 6, 2013

Get Well Soon My Dear (Lepil)

Selamat siaaaaaaaaaaang para pengupil dimana pun anda berada :D
Semangat ngupil yees!

Manusia memang tidak pernah luput dari sebuah kesalahan. Kesalahan ada karena kita tidak tau atau karna kecerobohan kita. Postingan gue kali ini emang rada serius. Gue belajar bagaimana menyikapi hidup supaya lebih bijaksana. Kesialan ini terjadi bertubi-tubi di semester 5. Wait, WHAT? kesialan? apakah gue percaya sebuah kesialan? kesialan dan keberuntungan sangat erat dengan nasib. Nasib? apa itu nasib?

Menurut KBBI nasib itu adalah sesuatu yang sudah ditentukan oleh Tuhan atas diri seseorang; takdir. Sesuatu yang telah ditentukan oleh Tuhan tentu tidak bisa dirubah-rubah oleh manusia, sudah menjadi keputusan mutlak. Tidak bisa diganggu gugat. Tapi, pemaknaannya dapat kita rubah. Bagi gue sih, takdir itu ibarat sebuah perahu yang terombang-ambing dalam lautan dan nasib adalah bagaimana caranya agar kita bisa mengendalikan itu dan bisa mencapai daratan. 

Lu masih kagak ngarti?