Cerpen Rumah karya Ahimsa Marga mengulas tentang dunia nyata dan ilusi yang diceritakan melalui tokoh May. May adalah seorang gadis yang senang tidur dan bermimpi hal-hal yang aneh. Pada awal cerpen, May menceritakan secara flashback bahwa ia bermimpi bertemu dengan bidadari dengan backsound gending asmarandana. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa gending asmarandana diidentikan dengan kebudayaan Jawa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa latar sosial cerpen ini adalah Jawa.
Dalam cerpen ini, May digambarkan sebagai gadis kecil yang memiliki jiwa sosial yang minim. Ia memiliki tetangga dan teman sebaya, tapi ia tak pernah mau keluar rumah. Hal tersebut digambarkan pada kalimat “Sepanjang bisa mengingat, rumahku selalu terbuka, tetapi tak ada anak yang bermain disitu. Mungkin karena aku juga tak pernah bermain ke rumah mereka. Ibuku tak pernah melarang, tetapi aku enggan. Pintu tak pernah dikunci tetapi kakiku tetahan di batas pagar.”
Pada suatu hari ia keluar rumah karena mendengar sebuah suara yang memanggil namanya. Sebuah suara yang membawanya berada di halaman rumah tetangga. Tentu saja tanpa ia sadari. Ketika pembaca yang kurang peka terhadap alur membaca cerpen ini, tentu akan merasa kesuliatan mengikuti perjalanannya. Antara dunia nyata dan ilusi begitu tipis. Apabila diasumsikan bahwa kejadian tersebut dalam mimpi May, hal itu mengartikan bahwa May pun sedang bermimpi bahwa ia tak pernah benar-benar pergi ke tetangganya. Seolah panggilannya sebelumnya tersebut hanyalah bisikan dari hati kecilnya yang ingin tapi enggan.
Dalam cerpen ini, May digambarkan sebagai gadis kecil yang memiliki jiwa sosial yang minim. Ia memiliki tetangga dan teman sebaya, tapi ia tak pernah mau keluar rumah. Hal tersebut digambarkan pada kalimat “Sepanjang bisa mengingat, rumahku selalu terbuka, tetapi tak ada anak yang bermain disitu. Mungkin karena aku juga tak pernah bermain ke rumah mereka. Ibuku tak pernah melarang, tetapi aku enggan. Pintu tak pernah dikunci tetapi kakiku tetahan di batas pagar.”
Pada suatu hari ia keluar rumah karena mendengar sebuah suara yang memanggil namanya. Sebuah suara yang membawanya berada di halaman rumah tetangga. Tentu saja tanpa ia sadari. Ketika pembaca yang kurang peka terhadap alur membaca cerpen ini, tentu akan merasa kesuliatan mengikuti perjalanannya. Antara dunia nyata dan ilusi begitu tipis. Apabila diasumsikan bahwa kejadian tersebut dalam mimpi May, hal itu mengartikan bahwa May pun sedang bermimpi bahwa ia tak pernah benar-benar pergi ke tetangganya. Seolah panggilannya sebelumnya tersebut hanyalah bisikan dari hati kecilnya yang ingin tapi enggan.
APA YANG SEBENARNYA MAY LAKUKAN?