Pages

Search Upil on This Blog

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software

Tuesday, October 16, 2012

Rumah: Antara sadar dan tidak, antara ada dan tiada, antara nyata dan ilusi.

Cerpen Rumah karya Ahimsa Marga mengulas tentang dunia nyata dan ilusi yang diceritakan melalui tokoh May. May adalah seorang gadis yang senang tidur dan bermimpi hal-hal yang aneh. Pada awal cerpen, May menceritakan secara flashback bahwa ia bermimpi bertemu dengan bidadari dengan backsound gending asmarandana. Seperti yang telah diketahui bersama bahwa gending asmarandana diidentikan dengan kebudayaan Jawa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa latar sosial cerpen ini adalah Jawa.

Dalam cerpen ini, May digambarkan sebagai gadis kecil yang memiliki jiwa sosial yang minim. Ia memiliki tetangga dan teman sebaya, tapi ia tak pernah mau keluar rumah. Hal tersebut digambarkan pada kalimat “Sepanjang bisa mengingat, rumahku selalu terbuka, tetapi tak ada anak yang bermain disitu. Mungkin karena aku juga tak pernah bermain ke rumah mereka. Ibuku tak pernah melarang, tetapi aku enggan. Pintu tak pernah dikunci tetapi kakiku tetahan di batas pagar.”

Pada suatu hari ia keluar rumah karena mendengar sebuah suara yang memanggil namanya. Sebuah suara yang membawanya berada di halaman rumah tetangga. Tentu saja tanpa ia sadari. Ketika pembaca yang kurang peka terhadap alur membaca cerpen ini, tentu akan merasa kesuliatan mengikuti perjalanannya. Antara dunia nyata dan ilusi begitu tipis. Apabila diasumsikan bahwa kejadian tersebut dalam mimpi May, hal itu mengartikan bahwa May pun sedang bermimpi bahwa ia tak pernah benar-benar pergi ke tetangganya. Seolah panggilannya sebelumnya tersebut hanyalah bisikan dari hati kecilnya yang ingin tapi enggan.
APA YANG SEBENARNYA MAY LAKUKAN?
Apabila dibaca secara mendalam, May seolah melakukan perjalanan untuk mencari sesuatu. Sesuau yang sangat membuatnya penasaran. Pertama kali ia mengunjungi tetangganya, ia merasakan bahwa inderanya mengirim gelombang pertanda penerimaan sehingga ia pun memutuskan untuk tinggal dalam rumah tersebut.

Mimpi dalam arti yang sebenarnya sangat identik dengan tidur. May adalah tokoh gadis yang penidur. Bahkan ia bisa tidur kapan saja dan di mana saja di rumahnya, bahkan sekali pun itu bukan di kamarnya. Orang yang sedang bermimpi, biasanya sangat sulit dibedakan antara dunia nyata dan ilusinya. Bahkan seseorang yang bermimpi seolah tak diizinkan untuk berpikir hal yang konkret. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat “Mimpiku macam-macam, kadang mimpi itu melompat jadi kenyataan. Kadang kenyataan melompat jadi mimpi. Keduanya sering bertukar tempat, sampai aku tak bisa membedakannya”.

Sampai akhirnya kebiasaan tidur May pun makin merajalela. Ia sampai melupakan hal-hal yang semestinya dilakukan manusia normal, seperti makan dan minum. Semakin May malas bangun, semakin ia diikuti oleh suara lembut yang mencoba membangunkannya. Ketika menginjak hari kesembilan, suara itu terasa begitu nyata dan akhirnya membuat May paranoid. Sejak saat itu, May mudah sekali terjaga bahkan ketika matanya terpejam. Apabila dilihat dari sisi mistis, suara tersebut seolah mengajak May untuk membuka mata dan menyuruh May melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Mengapa demikian? Karena ketika May membuka mata, ia begitu paranoid. Seolah indera keenamnya (baca: mata batin) May mulai aktif. Seiring dengan terbukanya mata batin, May mulai melihat hal-hal aneh. Ia melihat binatang-binatang dengan tingkah yang ganjil.

May kembali ke rumahnya, ibunya menyambut dengan senyum yang teduh. Ia melihat ke sekililing rumah dan tidak mendapati adanya perbedaan. Tak ada barang baru tetapi ia dapat melihat bahwa barang-barang dalam rumahnya berkilauan. Ketika ia bertanya pada sang ibu apa yang terjadi ketika ia pergi. Ibunya hanya menjawab, rumahnya tak pernah berubah, hanya May yang kebanyakan tidur. Apabila diibaratkan sebuah perjalanan kebatinannya, May telah mendapati kembali dunia nyatanya dan ibunya senang dengan hal itu. Ibunya senang apabila anaknya tidak menjadi penidur lagi.

Cerita berlanjut dengan perginya May bersama seseorang yang ia kenal tapi tak tahu kapan mereka pernah berjumpa. Seseorang itu membawa May ke sebuah rumah dan di rumah tersebut May merasakan kenyamanan. Titik puncak terbaik kebatinannya yang suci terdapat dalam penggalan kalimat, “Kau sedang menemui bagian terbaik dirimu”. Kemudian ia seolah mengamini kalimat tersebut dengan munculnya gambar-gambar peristiwa yang berseliweran di benaknya. Sejak saat itu rumahnya tak lagi sepi. Banyak teman May menginap lama atau berkunjung ke rumahnya. Artinya, May sudah dapat menerima keberadaan mereka.

May yang sering pergi-pulang sampai ia tidak bisa membedakan antara rumahnya dan rumah orang lain adalah sebuah aktivitas batin yang dilakukan May. Hal tersebut dikuatkan dengan ucapan dari ibu sepuh penghuni rumah yang mengingatkan bahwa May memiliki dua saudara sejiwa yang jarang disapa dan empat penjaga satu sukma.

Hal tersebut sudah mengarah kepada kepercayaan Kejawen yang memiliki konsep Sedulur Papat Limo Pancer. Sedulur papat bermakna empat bersaudara dan yang kelima adalah manusia itu sendiri. Empat bersaudara itu antara lain air kawah, ari-ari, darah, dan pusar.

Manusia lahir sesuai prosedur yang telah diciptakan-Nya. Air kawah biasa disebut sebagai sulung, karena ia keluar terlebih dahulu. Air kawah keluar dari gua garba ibu sebelum bayi, tempatnya di timur dan berwarna putih. Kedua adalah ari-ari atau pada istilah kejawennya adi ari-ari. Dia keluar dari gua garba ibu setelah bayi, tempatnya di barat dan berwarna kuning. Sedangkan darah keluarnya setelah bayi, berada di selatan dan berwarna merah. Dan yang bungsu adalah puser atau pusar yang dipotong setelah kelahiran bayi, tempatnya di utara dan berwarna hitam. Selain sedulur papat tersebut, adapula kelima pancer, yaitu badan jasmani bayi. Mereka ada karena kamu ada. Itulah konsep yang masih digenggam erat oleh kepercayaan Kejawen.

Berbicara tentang sedulur papat, pada awal cerpen sempat disinggung ketika May bermimpi bertemu dengan sosok bercahaya yang tigginya menyentuh horizon lazuardi. Wajah-wajah yang ia kenali tapi ketika ia berteriak memanggil, mulutnya seolah terkunci. Pada mimpi itu, sosok bercahaya kemungkinan besar adalah wujud dari sedulur papat yang senantiasa menjaga May selama hidupnya.

Mahkota Cahaya ditulis dengan huruf kapital pada awal kata. Hal tersebut mengandung sesuatu yang Maha. Dan seperti telah diketahui bersama, bahwa sang Maha di dunia ini adalah Tuhan. Dalam cerpen dikatakan bahwa Mahkota Cahaya dibiarkan terbenam dalam kotoran yang menumpuk dari enam binatang yang ditemui May sebelumnya. Hal tersebut menandakan bahwa binatang-binatang tersebut adalah cerminan hawa nafsu yang ada dalam diri manusia sehingga dapat menutupi sang Maha atau Mahkota Cahaya tersebut.

Ketika May menceritakan tentang apa yang disampaikan oleh ibu sepuh kepada ibunya di rumah, ibunya langsung membuatkannya bubur merah dan bubur putih. Ibu May membuat semacam sesaji yang biasa dibuat pada hari weton May. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa ibu May adalah penganut Kejawen yang kuat.

Pemilihan kata Rumah pada judul cerpen ini adalah simbol dari kenyamanan dan perlindungan dari dunia luar. Penulis ingin menegaskan bahwa rumah adalah tempat terjadi kehidupan May, dari mulai May yang penidur, sampai ia bisa membuka mata batinnya dan melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

Secara struktural, cerpen ini memiliki latar waktu yang kurang pasti terjadinya. Misalnya entah kapan, suatu petang, suatu hari, suatu siang, dan sebagainya. Apabila ditinjau dari latar sosialnya, cerpen ini memiliki latar sosial Jawa dan kepercayaan seputar Kejawen. Kesulitan yang paling terlihat dalam cerpen ini adalah alur yang sulit dipahami. Harus membaca secara berulang kali untuk benar-benar memahami apa yang diceritakan dalam cerpen.

Cerpen ditutup dengan kalimat “Di ruang paling lapang di dalam rumahku, aku merasakan semua di dalam semua”. Hal tersebut bermakna bahwa dalam menjalani kehidupannya, May merasakan semua yang melingkupi hidupnya. Antara sadar dan tidak, antara ada dan tiada, antara nyata dan ilusi.


sumber cerpen: http://oase.kompas.com/read/2012/09/25/01000285/R.u.m.a.h

2 comments:

  1. PENIDURR!!!! hhhehe
    kapan yah ane bisa tiduran kyk may, begadang terus sih. Nice long post sist :) salam kenal yah...

    ReplyDelete
  2. waw rumah memang tempat nyaman banget home sweet home lah

    ReplyDelete

Silahkan comment UPIL gue dengan kaidah yang baik, tidak OOT, tidak vulgar dan tidak menyinggung SARA. ^^b #okesip