Pages

Search Upil on This Blog

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software

Monday, November 11, 2013

Sebuah Awal Cerita

 

Dear Mr. Rasional…

Apa kabarmu hari ini?
Tak apa kan bila kupanggil kau dengan Mr. Rasional? Atau harus kuganti dengan Lelaki Penyabar Ciangsana?

Lelaki chubby itu kutemui kali pertama di sebuah acara kopdar. Ya, kopi darat, pertemuan antar manusia maya di dunia nyata. Kopdar salah satu komunitas blog, tentu saja hanya regional Jogja. Bila kau bertanya padaku bagaimana perasaanku padanya pada saat itu? Biasa saja. Tak ada yang menarik. Lelaki yang bawel, garing, ceria, dan hitam manis. Hari itu kau cenderung cuek seolah kutak ada, kecuali pada saat makan. Itupun karena kita sama-sama tidak mengetahui topik yang seringkali dilempar teman-teman. Satu hal baru yang kutau setelah makan tentang kamu, gombal.
“Neng, helm kita samaan nih mereknya. Jodoh kali ya.”
Aku hanya diam. Menyunggingkan senyum setengah kepaksa. Pada dasarnya, aku memang tak suka cowok gombal. Terlalu banyak tipu muslihatnya. “Modus banget”, kalau kata anak gaul zaman sekarang.

Entah malam keberapa setelah kopdar, akhirnya aku mendengarkan kamu on air. Padahal aku jarang sekali mendengarkan radio streaming, internet gak bersahabat. Oya, ngomong-ngomong soal on-air. Seenarnya, kau telah mencuri perhatianku sejak “makanan zaman kecil” menjadi topikmu di acara SIDOEL. Tapi aku tak pernah mengetahui kalau itu kamu. Sampai akhirnya aku kepo, tentu tidak kepo yang mendalam, kamu jangan ge-er.

Beberapa minggu kemudian, entah kerasukan roh apa, kamu mulai mention-mention, tag nama aku di komentar grup di pembicaraan random. Sebagai cewek, aku tentu saja dapat membaca gerak-gerik itu. Aku hafal apa yang sedang kamu lakukan. Mencuri perhatianku.

Tak cukup di sosial media. Pada suatu malam minggu, kamu mengajakku keluar. Aku pikir itu hanya main-main. Lalu kamu memintaku untuk sms kamu. Aku mengikuti saja alur berpikirmu, sampai akhirnya kamu meminta maaf karena motormu sedang dipakai oleh teman. Sedikit kecewa. Yah, aku terkena php. Siapa yang mengajak, siapa yang membatalkan. Kamu.

Kali kedua bertemu secara langsung, aku tak merasakan apapun. Masih biasa saja meski aku tau kamu masih saja mencoba mencuri perhatianku. Lalu, kamu meminta maaf atas kejadian php yang hampir kulupakan itu. Pertemuan yang tak begitu bermakna dalam.

Selanjutnya, kita lebih sering mention. beberapa kali kamu mengajakku keluar, tapi beberapa kali pula aku menolaknya. Bukan karena aku tak mau, tapi terkadang waktu memang tak bersahabat. Sampai akhirnya, suatu malam aku sangat kelaparan. Kamu yang masih dalam rangka mencuri perhatian, secara sedikit memaksa untuk mengantar makanan ke kos, tengah malam, pukul setengah satu. Wajahmu yang ceria malam itu, masih kurekam. Terima kasih untuk kepedulianmu, Mr. Rasional.


Bersambung...

2 comments:

  1. wah, bagus ini ceritanya. inspiratif. ditunggu komen balik dan follbacknya di http://tipstrikharian.blogspot.com/

    ReplyDelete
  2. Hmmmph, .
    Iya ya, kita itu sering nolak ajakan cowo itu bukan karna takut d php-in lagi ato apa, tapi waktu masih belum bersahabat. Hanya saja, kadang cowo itu pikirannya negatif kayak misalnya "km gag mau ya sebenernya?" Yaelah, mau kali bos... tapi, ya gitu belum ada waktu yg tepat aja. -_____-*kok jadi curcol, padahal rencana awal mau kasih komentar. Ya sudahlah, gpp deh. Takdir.

    ReplyDelete

Silahkan comment UPIL gue dengan kaidah yang baik, tidak OOT, tidak vulgar dan tidak menyinggung SARA. ^^b #okesip