Pages

Search Upil on This Blog

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software

Monday, March 5, 2012

Suara Mahasiswa untuk Dosennya

Peraturan pertama : DOSEN SELALU BENAR
Peraturan kedua : APABILA DOSEN SALAH, KEMBALI KE PERATURAN PERTAMA


Siapa yang tak pernah mendengar peraturan egois itu? Hampir semua yang memiliki kekuasaan tertinggi pastilah menerapkan peraturan pengekang itu.

Mahasiswa memiliki hak untuk mendapatkan ilmu dari dosen, dosen berkewajiban untuk menghargainya. Selama gue kuliah, ada hal-hal yang gak gue suka dari dosen. Ini dia kriteria dosen yang paling malesin sejagat kampus. JENG JENG...dosen masuk dan keluar seenaknya sendiri, dosen yang tidak menghargai perjuangan mahasiswa, dan dosen yang mengambil penilaian dari antah berantah. Oke kita bahas satu persatu. Here we go...

1. Dosen masuk dan keluar seenaknya
sumber
Ini adalah tipe dosen yang sering dijumpai dan itu membuat mahasiswa tidak menyukainya. Sebagai mahasiswa memang wajar ketika dosen gak masuk, pasti senang, gue gak munafik soal itu. Tapi, dosen gak ada pasti meninggalkan tugas. Itu yang gak seneng. Oiya, pas semester pertama ada dosen yang parahnya banget banget banget. Beliau kalau masuk itu bentaaaaaaaaar banget, seharusnya 100 menit, eh beliau masuk hanya sekitar lima belas menit sodara-sodara! gue ulang yaah biar dramatis..LIMA BELAS MENIT!!!!Udah gitu di tempat gue kan ada kelas besar dan kecil, satu kelas besar berisi sekitar 36-40 anak dan dua kelas besar digabung. Buseeet udah gak efektif, jarang masuk, sekalinya suruh bikin makalah, satu makalah dianggotakan oleh satu kelas kecil yang berisi 18 mahasiswa. HAHA dosen ajaib! Bagaimana mungkin beliau bisa dijadikan dosen pendidikan? APPLAUSE sodara-sodara! Soal nilai, kalau gak salah sih gue dan temen-temen banyak yang dapet A, tapi tetep aja gue berpikir bahwa itu sebagai rasa bersalahnya beliau sebagai dosen (mungkin).


2. Dosen gak menghargai perjuangan mahasiswa
sumber
Tipe dosen macam ini juga bikin gue ilfiil lhoo. Logikanya gini, udah ngerjain tugas dengan susah payah eh endingnya gak diperiksa, jangankan diperiksa, ditanyain aja kagak. Padahal perjuangan buat ngerjainnya udah susah payah. Contohnya temen gue gak punya laptop dan tugasnya menyangkut identifikasi film, lalu dia bela-belain ke warnetnya kampus sampe pinjem headphone temennya buat nonton tu film. Untung tarifnya gak terlalu mahal. Eh tau-tau besoknya kagak diperiksa. Apes banget kan? Oya, pas semester kemaren kelas gue disuruh nulis diary gitu sama dosen terus katanya entar dibaca beliau, yaah ala-ala Freedom Writer gitu laah. Gue udah berusaha satu haripun gak gue lewatin karena dosen bilang setiap hari memiliki kesan yang berbeda, ambil dan pelajari itu sebagai pengalaman hidup. Eh gak taunya gak pernah ditanyain lagi. Jadilah gue ilfill dan yang tadinya semangat masuk kelas jadi rada males.

3. Dosen mengambil nilai dari antah berantah
sumber
Waah gue paling tertohok dengan tipe dosen yang ini. Bagi gue, ini tipe dosen paling gak adil sejagat raya. Bagaimana mungkin dosen memberikan penilaian dari yang tidak masuk akal? Dua semester yang lalu ada dua mata kuliah yang dosennya seperti itu dan itu cukup menurunkan IP gue. Sial. Kita sebut mata kuliah FI. Dalam mata kuliah itu banyak diskusi kelompok dan presentasi sederhana. Temen gue aktif banget, sering jawab pertanyaan, argumennya bagus. Eh dapetnya B (biasa --') sedangkan temen gue yang maju pun dia kayak orang linglung dapetnya A. Terus di mata kuliah yang satu lagi, sebut saja BI. Gue beranggapan temen gue itu cukup mampu dalam mata kuliah itu, bahkan dia selalu memiliki IP yang lebih tinggi dari gue dan unggul dalam mata kuliah yang lainnya. Namun kenyataannya dia dapet D, itu berarti dia dapet nilai terburuk.  Otomatis kan harus mengulang (eh memperdalam --'). Dimana letak keadilan itu sodara-sodara!!! Itu yang salah mahasiswa atau dosen? Jadi, ketika IP dijadikan patokan dari kecerdasan mahasiswa, THAT'S NONSENSE!!!  

Mohon maaf apabila ada dosen atau guru atau pengajar yang membaca tulisan saya ini. Bukan bermaksud membenci atau menyinggung, karena saya pun mahasiswa calon guru. Namun mohon dijadikan tamparan kecil saja sebagai kesadaran ibu/bapak dosen agar memperbaiki sifat yang mungkin tidak disadarai oleh ibu/bapak dosen selama ini. Saya hanya mengeluarkan unek-unek sebagai mahasiswa yang menjadi korban penganiayaan psikis. Pelajaran bagi saya juga sebagai calon guru untuk tidak melakukan hal seperti itu.

"Guru yang baik adalah guru yang menjadi teman sekaligus pendidik bagi siswanya." (RNF, 2012)

No comments:

Post a Comment

Silahkan comment UPIL gue dengan kaidah yang baik, tidak OOT, tidak vulgar dan tidak menyinggung SARA. ^^b #okesip