Katakanlah, jangan kau tuliskan lagi karena Tuhan telah
memberimu mulut untuk berucap. Suaramu jauh lebih merdu dari tuts piano Mozart,
aku selalu yakin itu. Namun kau tak pernah menunjukkannya padaku. Ketika sudut
mataku menjatuhkan bulirnya karena dia, kau selalu memberikanku gambar kartun
yang membuatku tertawa. Tak bisakah kau ceritakan lelucon saja?
Katakanlah, jangan kau tuliskan lagi. Tidak lelahkah jarimu
mengapit pena dan menuangkannya di atas kertas biru, warna kesukaanku. Aku bisa
membaca tingkahmu, apa yang kau pikirkan tertulis dalam wajah indahmu. Tapi aku
ingin bisikan kalimat itu. Kalimat yang setiap perempuan ingin dengar dari
lelakinya.
Katakanlah!! Jangan kau tuliskan lagi. Aku mohon.
Ketika aku mulai berada pada puncak frustasiku. Kau hadir di
depanku. Datang tiba-tiba begitu saja. Dengan kaos biru dan kemeja hitam
bergaris. Mata kita bertemu. Tatapan itu yang selalu membuatku yakin bahwa
itu kau. Sorotan mata yang selalu tajam dan meyakinkanku saat lemah. Kau peluk aku
dengan hangatnya.
“Aku menulis bukan karena aku bisu, tapi aku tak tau cara
untuk mengungkapkan betapa besarnya rasa cintaku padamu. Aku menulis untuk
menghapus catatannya sehingga kau hanya akan membaca aku.”
Dugaanku benar kan? Suaramu lebih merdu dari tuts piano
Mozart :)
that's me
@Rospita_NF
beuh rajin ya ??? bercuap cuap di blognya,,, hihih update terssss :P
ReplyDeleteiyaa atuh :) harus
ReplyDelete