Pages

Search Upil on This Blog

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software

Friday, April 2, 2010

Telpon Misterius


Di malam yang dingin Syeril terdiam di sudut kamarnya, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Entah apa yang ia fikirkan. Namun tiba-tiba ia beranjak karena ponselnya berdering. Terlihat di layar ponsel itu Private Number.
“Hallo...” ucap Syeril pelan. Lalu ia menunggu jawaban dari sang penelpon. “Hallo, siapa ya ?” tambah Syeril dengan suara lebih keras. Lagi-lagi ia mendapat telpon dari orang iseng. Hampir satu minggu ia mendapat telpon itu setiap malam dan hampir pada waktu yang sama, yakni setelah ia makan malam. Syeril sedikit paranoid karena hal ini, namun ia juga penasaran siapa dalang dibalik semua itu.
Keesokan harinya lagi-lagi Syeril bengong di sekolah saat pelajaran berlangsung. Anehnya, tak ada satupun guru yang menegurnya kecuali Dira, sahabatnya.
“Wouy! Ngapain bengong? Pelajaran udah mulai dari tadi tuh!” Dira mengagetkan.
“Ups, gue bingung nih Dir,” jawab Syeril pelan.

“Ada apaan lagi sih? Telpon misterius itu lagi? Udah deh, fokus sama pelajaran dulu aja.”
Tapi saat emngerjakan LKS, Syeril hanya garuk-garuk kepala, stress karena melihat soal-soal yang tak ia mengerti, “Dira, gimana sih soal yang ini? Susah banget,” keluh Syeril. “Ya ampun Syer, lu daritadi bener-bener gak nyimak pelajaran ya?” syeril menggeleng lalu menunduk lesu. Melihat sahabatnya, Dira pun terpaksa menjelaskan materi tadi dan menunda pekerjaannya.
Sepulang sekolah, Syeril dan Dira melaju ke rumah Syeril untuk belajar bersama. Namun saat Dira sedang menjelaskan, Syeril malah mengalihkan permbicaraan menjadi sesi curhat mengenai penelpon misterius itu.
“Syer, gue kesini karena mau jelasin materi pelajaran, bukan dengerin curhatan lu yang aneh itu.”
“Curcol dikit apa salahnya sih? Lagian lu kenapa sih Dir? Kok kayaknya lu gak mau banget kalau gue cerita tentang penelpon misterius itu!” Ujar Syeril curiga.
“Bukannya gitu Syer, tapi lu lihat sikon dong! Timing-nya itu gak tepat. Gue kesini karena mau ngajarin lu, bukan buat dengerin curhatan lu.” Ucap Dira sambil terus membaca LKSnya. Namun Syeril seolah tak percaya dengan perkataan Dira. Ia merasa kejanggalan pada diri sahabatnya itu.
Malam harinya sang penguasa malam muncul dengan anggunnya, mama menghampiri Syeril yang tengah duduk di teras depan sambil membaca novel Twilightnya.
“Mama perhatikan, sekarang kamu jadi pemurung. Ada apa?” Tanya mamanya sambil memeluk Syeril dari arah samping.
“Gak ada apa-apa kok ma. Biasa aja deh, mungkin karena akhir-akhir ini aku kecapean.” Jawab Syeril yang mencoba menutupi karena ingin bersikap dewasa.
“Bener nih, gak ada apa-apa? Kamu lagi gak ada masalah di sekolah kan?” Tanya mamanya mencoba memancing.
“Iya bener. Oya ma, kak Hafiz kapan pulang?” Ujar Syeril mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Mungkin akhir bulan ini, soalnya kak Hafiz belum telpon lagi.” Jawab mama beranjak berdiri.
Setelah mamanya pergi, ponsel di saku Syeril berdering. Lagi-lagi dari orang misterius yang pake Private number. Namun kini ia reject karena kebelet parno. Namun ternyata ponselnya terus berdering lagi setelah ia reject berulang kali. Akhirnya, setelah Syeril reject yang ke 7 kali, ponselnya berhenti berdering.

* * *

Kejadian semalam pun akhirnya sampe terbawa ke dalam bunga tidurnya. Esoknya Syeril tak mau sekolah karena paranoid tentang penelpon itu. Tapi ia telah menyiapkan segudang alasan bila mamanya bertanya. Siang itu, Dira datang ke rumah Syeril dan langsung dipersilahkan untuk masuk ke kamar Syeril oleh mamanya Syeril.
“Syer, lu sakit apaan? Perasaan kemaren lu baik-baik aja deh!” Tanya Dira memegang kening Syeril. “Badan lu gak panas kok.” Imbuhnya.
“Raga gue emang gak apa-apa. Tapi jiwa gue yang bermasalah. Ini semua karena gue yang parno sama mimpi gue semalem.” Ucap Syeril pelan.
“Mimpi?” Kini Dira mengerutkan dahinya.
“Gue semalem mimpi kalau ternyata yang sering telpon gue selama ini adalah Daffy. Dia mau teror gue, lu kan tau sendiri kalau bulan lalu gue udah putusin dia secara sepihak.” Syeril menerangkan. Dira memeluk Syeril iba.
”Lu gak usah takut, kan masih ada gue disini. Emangnya lu gak cerita sama nyokap?” Dira bertanya lagi. Syeril menggeleng.
“Saran gue sih, meningan lu ganti nomor aja deh. Biar hidup lu juga lebih tenang.” Usul Dira. Namun Syeril kembali geleng kepala.
“Kenapa?”
“Gue udah cinta banget sama nomor ini, lu kan tau sendiri kalau gue dapetin ini tuh susahnya setengah mampus!” Ucap Syeril.
“Ya udah, kalau gitu lu ganti nomornya jangan permanen dong. Sekitar dua mingguan aja, terus lu ganti nomor dulu lagi. So, biar gak ada lagi yang telpon lu tiap malam dan lu juga gak uring-uringan lagi.” Usul Dira menepuk pundak Syeril.
“Ok, gue setuju. Tapi, lu yang beli nomornya ya! Soalnya gue males banget keluar rumah, takut ketemu sama si Daffy,” pinta Syeril. Diara mengangguk setuju.

* * *

Dua hari kemudian, di ruang TV terdengar bunyi telpon berdering. Siang itu Syeril hanya sendiri di teras sambil chatting di ponselnya. Kebetulan saat itu mamanya lagi pergi keluar, sedang ayahnya belum pulang. Syeril enggan mengangkat telpon sekalipun telpon itu memang penting, ia masih parno dan berfikir kalau itu Daffy yang kini meneror melalui telpon rumahnya. Tiba-tiba mamanya datang dan setengah meneriakkan namanya. Refleks Syeril menjerit histeris dan bayangan tentang Daffy makin menjadi.
“Syeril, kamu kenapa?” Mama menghampiri Syeril yang memegang dadanya.
“Mama tuh ngagetin aku aja deh!” Masih memegang dadanya yang naik turun.
“Lagian kamu kenapa sih? Kalau ada telpon tuh, diangkat dong.”
“Males ma, abisnya tadi aku lagi PW sih!” Syeril menjawab sekenanya.
Mama hanya geleng-geleng kepala, lalu masuk ke dapur. Kini Syeril dapat bernafas lega, karena untuk kedua kalinya ia berbohong di minggu ini. Lalu Syeril berjalan ke arah meja telponnya. “Hallo, siapa ya?” Tanya seorang gadis di ujung telpon. “Ni gue, Syeril. Lu lagi ngapain sih?” Syeril balik bertanya. “Gue kira siapa. Gue lagi tidur siang nih, ganggu aja lu. Ada apaan sih?” Tanya Dira sambil menguap. “Barusan ada yang telpon ke rumah gue.” Syeril berhenti sejenak. “Ya terus kenapa? Ada masalah? Emang sebelumnya lu belum pernah dapet telpon ya? Norak lu!” Ledek Dira dengan suara parau. “Gue takut itu Daffy yang sekarang malah neror gue lewat telpon rumah.” Syeril makin parno. “Kenapa sih lu selalu nyangka kalau itu Daffy? Padahal itu bisa aja kan temen nyokap or bokap lu? Bisa juga itu pegawai PAM, PLN atau asuransi? Yang nelpon kan umum Syer, bisa siapa aja.” Jelas Dira muncrat-muncrat. “Gak mungkin banget Dir, gue yakin deh kalau itu Daffy!” Seru Syeril. “Terserah apa kata lu aja deh.” Bentak Dira. Lalu terdengar nada “tut...tut...tuut...”
“Uh, gak sopan banget sih ni anak. Gue belum selesai cerita juga. Tapi ... gue jadi curiga, kenapa Dira gak inisiatif buat bantuin gue cari tau si penelpon itu ya?” Keluh Syeril sambil menjatuhkan dirinya di sofa.

* * *

Seperti telah dijadwal, setiap siang kini telpon rumah Syeril selalu berdering. Dan setiap siang juga Syeril mencabut kabelnya. Jika mamanya yang terima, pasti langsung terputus begitu aja. Hari itu adalah hari ke tujuh telpon berbunyi setiap siang, Syeril berniat pergi ke rumah Dira untuk mengurangi rasa penat dan jenuhnya.
Bel rumah berbunyi, lalu Dira melngkah untuk membuka pintu. Namun saat Dira tau Syeril yang datang, seketika Dira jadi pasang muka muram. Syeril merasa kedatangannya tak diinginkan Dira karena penyambutan Dira padanya.
“Dir, lu kenapa? Lu gak suka ya, kalau gue dateng ke rumah lu?” Tanya Syeril sedih.
“Gak kok, biasa aja. Gue cuma lagi gak mood aja.” Jawab Dira tersenyum terpaksa.
“Lu jangan bohong deh. Kenapa juga seminggu ini lu jadi jauh dari gue? Gue punya salah sama lu? Lu juga tadi senyum kepaksa kan? Kelihatan kok, muka lu jelek” Syeril bertubi-tubi melemparkan pertanyaan pada Dira.
“Ih, sialan lu! Udah negative thinking, malah ngeledek lagi. Rese lu!” Ujar Dira sambil menarik tangan Syeril untuk masuk.
“Dira, gue mau jujur sama lu. Sebenernya gue curiga benget sama lu.”
“Maksud lu apa? Tentang penelpon misterius itu lagi?”
“Gue kan belum bilang, kenapa lu bisa tau?”
“Nebak aja, soalnya kan apalagi problem lu saat ini selain tentang hal itu. Lagipula Syer, atas dasar apa gue ngelakuin hal itu? April mop? Kan udah lewat. Tega banget sih lu nuduh-nuduh gue.”
Kecurigaan Syeril semakin klimaks mendengar jawaban Dira. Sepulang dari rumah Dira, Syeril melongo karena melihat Daffy boncengin cewek melintas di depannya. Ia menghentikan langkahnya sejenak, mengucek-ngucek matanya seolah tak percaya atas apa yang dilihatnya.
“Masa sih Daffy yang teror gue? Dia aja kelihatan mesra banget sama cewek itu. Logikanya kan meskipun dia teror gue, buat apa? Secara dia juga udah punya pengganti gue. So, imposssible kalau Daffy yang ngelakuin ini. Berarti siapa ding?” Tanya hatinya.
Syeril enggan pulang ke rumah karena mama dan ayahnya juga sedang keluar sejak siang tadi ke rumah neneknya. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju taman untuk menghilangkan sedikit kegelishan hatinya. Lama ia duduk sambil memasang headshet ponselnya di kedua telinganya. Tanpa terasa,ternyata ia cukup lama juga terduduk disitu. Akhirnya ia pulang dengan lesu dan rasa BT.
Ketika ia tiba di depan rumahnya, ia tercengang ketika melihat mobil Hafiz. Syeril pun spontan berlari kecil menuju pintu dan cepat ia memegangi handle pintu lalu membukanya selebar tangan. Ia menjerit ketika seseorang dari balik pintu menutup kedua matanya. Dan ia tau benar bahwa tangan itu adalah tangan kakaknya. Syeril hanya terdiam saat Hafiz menuntunnya masuk.
Seketika Hafiz melepaskan tangannya. Mama, ayah dan Hafiz berteriak kompak, “SURPRISE .... !!!” Syeril hanya bengong sambil mengucek-ngucek matanya yang masih buram.
“Syer, kamu gak kaget ya?” Tanya Hafiz heran.
“Aku kaget kok, tapi aku bingung sama kalian semua.” Syeril melirik mama dan ayahnya.
“Hari ini kan hari ulang tahun kamu. Pikun ya?” Ucap Hafiz sambil mengacak-ngacak rambut adiknya.
“Ya ampun, aku sampe lupa. Thanks banget ya karena udah ngingetin aku.” Ungkap Syeril memeluk dan cipika-cipiki dengan mama dan ayahnya.
“Oya Syer, aku masih punya kejutan lho buat kamu.”
“Apa kak? Dress or sepatu?” Syeril jadi semangat.
Seketika Dira muncul dari kamar Syeril dan menceritakan kalau ternyata yang selama ini menelpon Syeril adalah Hafiz yang sengaja supaya Syeril lupa ulang tahunnya.
“Tuh kan bener, ada musuh dibalik selimut. Feel gue itu emang selalu bener, kalau Dira adalah dalang dari semua pertunjukkan ini. Tega banget sih lu sama sobat sendiri juga!” Ucap Syeril cemberut.
“Eits, tunggu dulu! Lihat sisi baiknya dong, gue jadi bisa acting di depan lu and kak Hafiz jadi disiplin buat nelponin lu. Hehhe.. lagian kan kak Hafiz yang ngelakuin.” Jawab Dira menunjuk Hafiz.
“Sorry deh Syer, tapi kan kalau ucapan tengah malem mah udah biasa, rayain ultah juga sering. Makanya gue tuh pengen yang beda, Cuma cara ini deh yang menurut gue paling cocok buat kamu yang parno-an.” Tegas Dira merangkul Syeril.
“Awas aja kalian berdua, gue udah punya planning yang lebih gokil dari ini. Secara ultah kalian kan sama. Hahhahha.....” Batin Syeril.

No comments:

Post a Comment

Silahkan comment UPIL gue dengan kaidah yang baik, tidak OOT, tidak vulgar dan tidak menyinggung SARA. ^^b #okesip