Pages

Search Upil on This Blog

Protected by Copyscape Duplicate Content Detection Software

Monday, April 16, 2012

Inilah Pengakuanku

sumber gambar
Tepat setelah kamu merubah hubungan kita menjadi teman, kau masih berpikir bahwa kamu milikku. Hati ini masih menolak kenyataan. Apa namanya kalau bukan cinta? Heey, aku rela melakukan apapun untukmu. Bahkan mati. Mungkin kau sudah hapa itu. Tapi tetap saja, kau tak bisa melakukan apa yang aku lakukan. Sehingga kamu berkesimpulan bahwa tidak ada lagi kata cocok diantara kita.

Satu minggu berlalu, aku masih melakukan aktivitas yang mungkin telah menjadi rutinitasku. Mengirim pesan teks di tengah malam. Kau juga sudah paham, aku adalah lelaki yang suka terbangun ketika kamu masih asik dengan mimpimu. Pesan teks yang dulu berisi tentang kita, kini harus kuganti dengan kamu dan aku.
"malam masih sama, bentuk bulan yang berbeda. Hati masih sama, hanya rasanya berbeda. Semoga kamu bahagia.”
Tidak ada kata rindu, saying, apalagi cinta dalam pesanku. Tapi dalam hati ini, masih ada semua itu. Banyak. Kamu tau kan? Bahkan teman-temanmu pun tau itu. Hanya keadaan yang berpura-pura.

Bulan kedelapan telah tiba. Rasa itu mulai memudar. Sungguh. Mungkin karena aku mencurahkan penuh perhatianku pada OSIS dan agendanya. Kamu, sudah tertinggal. Maaf. Tapi, itukan yang kamu harapkan?

Malam pengukuhan ekskul, kita menginap di sekolah. Hanya sesekali kita bertemu. Tanpa senyum. Aku tak mau usahaku melupakanmu sia-sia. Jadi, aku lebih baik menghindar. Sama seperti ketika tiga tahun lalu aku ditanya oleh temanku, Alfi.
“Lo putus? Kenapa?
“Dia itu manja, dimanjain malah semakin manja. Maka dari itu gue putusin.” Aku menjawab dengan tegas dan meyakinkan. Berharap dengan begitu kamu akan tau dan melupakanku juga.
Nah, setelah pulang dari acara pengukuhan ekskul, kamu sakit. Kata Kitty, selama dua hari kamu tidak masuk sekolah, aku cemas. Aku takut, tyfus-mu kambuh lagi. Tapi Alfi mengajakku untuk menjenguk Wini, pengurus inti OSIS yang ternyata sakitnya bersamaan dengan kamu. Maka, aku mengiyakan ajakan Alfi dan berpikir bahwa kamu baik-baik saja.

Sudah lama aku tak menghubungimu. Bagaimana mungkin? Untuk sekedar berpapasan denganmu saja aku tak mampu, meski kelas kita bersebelahan. Mungkin ini mengingatkanmu pada kejadian saat SMP dulu. Perang dingin. Kita tidak ada komunikasi setelah kamu mengatakan bahwa kamu suka padaku. Lucu memang, aku menghindarimu hanya karena hal itu. Sekarang, aku menghindarimu karena alasan yang sama. Bedanya, jika dulu akhirnya menyatukan kita, sekarang itu takkan mungkin terjadi lagi. Percayalah.

Setiap tiga hari sekali selama dua minggu, aku dan Alfi menjenguk Wini. Entah kenapa ada sesuatu yang berbeda dengan denyut jantungku ketika bertemu Wini untuk kesekian kalinya. Rasa aneh itu dulu muncul ketika bersamamu. Aku tau, Wini temanmu, mungkin kalian juga mulai akrab sejak malam pengukuhan ekskul. Tapi, rasa itu nyata. Aku bahkan tak peduli bahwa Wini sudah memiliki guardian angel, Rommy.

Tanpa aku sadari, Alfi merasakan hal yang sama denganku. Sejak saat itu, aku menganggap bahwa Alfi adalah rivalku. Meskipun ia adalah sahabatku juga. Wini tau perasan kami, jadilah cinta segiempat itu terbentuk.

Aku tau ini konyol. Tapi kamu tau itu kan? Aku yakin, kamu mengerti. Rasa itu tak pernah bohong, tidak terkecuali cinta. Aku mencintai kesederhanaannya, kedewasaannya dalam berpikir, dan semangat optimisnya. Dia gadis yang mempunyai kepribadian unik di mataku.

Aku dengar dari Kitty, kamu masih menyimpan rasa itu untukku. Ah, sungguh menggelikan mendengarnya. Kamu yang mencampakkan aku dan sekarang kamu juga yang masih menyimpan rasa itu. Seharusnya dulu kamu melihatku dengan hatimu, bukan egomu. Lantas sekarang apa yang akan kamu lakukan? Tolong jangan usik bahkan masuk ke dalam hidupku lagi. Buku hidupku telah berganti tokoh, bukan kamu tapi Wini.

Siang itu sang matahari tampak bahagia menyinarkan cahayanya mengantarkan langkahku ke rumah Wini. Tok…tok…tok… aku mengetuk pintu rumah minimalis itu.

“Ah kamu. Ada apa?” Tanya Wini sambil tersenyum. Aku menyodorkan sebuah alat musik petik yang aku beli dengan tabuganku sendiri. Hari itu Wini sangat manis dengan bandana ungu dan rok polkadot. Membuat jantungku berdegup lebih cepat. Memang benar adanya, orang yang bergigi gingsul memang manis.

“Gitar?” Tatapannya kaget, tapi aku tau di sana ada rasa senang.
Aku mengangguk, “kamu lagi belajar gitar kan? Belajar yang rajin ya. Aku tau kamu pasti bisa. Di dalam lubang gitar itu ada buku dasar-dasar bermain gitar bagi pemula.”

Ia masih tercengang. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Tanpa masuk, aku pamit padanya. Hari itu, aku sangat bahagia. Selama perjalanan pulang, aku teringat sesuatu. Ya, aku teringat kata-katamu. Kamu dulu sangat ingin belajar gitar denganku. Karena sepupumu tidak mahir dalam mengajarimu. Maaf, aku tak bisa melakukannya denganmu. Semoga kamu sekarang sudah hafal kunci-kunci gitar itu.
Kitty mengatakan padaku bahwa kamu memberikan doktrin pada Wini agar menjaga jarak denganku. Benarkah itu? Tolong, biarkan aku bahagia. Meskipun aku tak tau seberapa lama lagi hubungan Wini dengan Rommy. Tak peduli dengan Alfi yang kmini sudah benar-benar menjaga jarak denganku.

Kamu memulai perang dingin itu lagi. Jangan salahkan aku jika kata-kata kasarku meluncur tanpa kendali. Jangan sedih bila smsku malam itu menyakitiku. Karena kamu yang bermain api lebih dulu. Dan jangan menyesal akan semuanya. Tapi ternyata, dalam hal ini cinta harus terkalahkan oleh kekuatan persahabatan. Ya, persahabatanmu dengan Wini. Sebagai sesama perempuan, Wini merasa tidak enak padamu.

Entah apa yang kamu katakan pada Wini. Pagi itu Wini marah padaku dan kalian menangis sesunggukan di kelas. Mulai detik itu, aku membencimu. Kamu merebut kebahagiaanku. Kenapa kamu harus menjadi penghalang antara aku dan Wini? Kenapa? Tak bisakah kamu mencari kebahagiaanmu sendiri tanpa aku?

Sampai detik ini, Wini masih dengan guardiannya. Aku dan alfi mulai berteman lagi karena aku memutuskan untuk menyerah. Tapi aku tetap tak mempedulikanmyu. Maaf, meskipun kamu mantan yang baik, tapi aku tak menyukaimu lagi. 
TAKKAN PERNAH LAGI!


That's Me
@Rospita_NF

No comments:

Post a Comment

Silahkan comment UPIL gue dengan kaidah yang baik, tidak OOT, tidak vulgar dan tidak menyinggung SARA. ^^b #okesip